Manusia adalah mahluk sosial, dan dalam kesehariannya tentu kita
sebagai manusia tidak terlepas dari membangun hubungan dan berinteraksi dengan
orang lain. Dan kedua hal tersebut hanya bisa berhasil ketika kita bisa
membangun komunikasi yang baik.
Komunikasi,
kata yang sangat familiar dengan kita. Tapi apakah kita sudah benar-benar
memahami arti dari komunikasi? Komunikasi tentu bukan hanya mengobrol dengan
orang lain, atau berbicara dengan orang lain saja. Atau, ketika ada orang yang
marah-marah dalam berbicara, lalu dia disebut dengan orang yang buruk dalam
berkomunikasi. Apakah komunikasi yang buruk hanya terbatas dari marah saja,
atau ada yang lain?
Berdasarkan
pengertian dari buku -agar terdengar lebih ilmiah-, komunikasi adalah proses
menstimulasi, atau memunculkan suatu makna dalam pikiran orang lain melalui
pesan verbal atau pesan non-verbal yang digunakan, sederhananya komunikasi itu
adalah menyampaikan pesan melalui kata-kata maupun gerakan tubuh, ekspresi, dan
hal semacamnya.
Dalam
penjelasan diatas, disebutkan tentang "pesan non-verbal". Apa itu sebenarnya pesan
non-verbal?
Sebenarnya pesan non-verbal adalah hal yang lebih penting dibandingkan pesan verbal atau pesan yang bersifat kata-kata. Karena pesan non-verbal, seperti ekspresi, nada bicara, sorot mata, bahasa tubuh, dan sebagainya, lebih menyampaikan banyak pesan dibandingkan pesan verbal.
Pesan verbal mungkin bisa memiliki susunan kata-atau kalimat yang sama. Sebagai contoh, “kamu hebat sekali!”, tapi disampaikan dengan dua ekspresi yang berbeda seperti pada gambar dibawah.
Sebenarnya pesan non-verbal adalah hal yang lebih penting dibandingkan pesan verbal atau pesan yang bersifat kata-kata. Karena pesan non-verbal, seperti ekspresi, nada bicara, sorot mata, bahasa tubuh, dan sebagainya, lebih menyampaikan banyak pesan dibandingkan pesan verbal.
Pesan verbal mungkin bisa memiliki susunan kata-atau kalimat yang sama. Sebagai contoh, “kamu hebat sekali!”, tapi disampaikan dengan dua ekspresi yang berbeda seperti pada gambar dibawah.
Mana
yang menurut pembaca dirasa bersifat lebih positif? yang sebelah kiri bukan?
Mungkin bagi pembaca ada yang menganggap yang sebelah kanan mengatakan hal
tersebut dengan sarkas, atau menyindir, dan yang sebelah kiri bersifat lebih
tulus. Itu hanya salah satu contoh, dengan menggunakan ekspresi saja pesan yang
didapatkan oleh kita bisa terasa sangat berbeda, apalagi dalam keseharian
ketika
hampir seluruh tubuh kita terlibat dalam komunikasi. Sekali lagi, susunan kata bisa memiliki susunan yang sama, tapi akan memiliki makna yang sangat berbeda jika dibarengi dengan bahasa nonverbal tertentu.
hampir seluruh tubuh kita terlibat dalam komunikasi. Sekali lagi, susunan kata bisa memiliki susunan yang sama, tapi akan memiliki makna yang sangat berbeda jika dibarengi dengan bahasa nonverbal tertentu.
Jika
kita melihat kembali pada pengertian komunikasi diatas, komunikasi yang baik
tentu terjadi ketika kita bisa menyampaikan pesan yang kita maksud pada orang
lain, dan kita juga bisa menangkap pesan yang orang lain maksud untuk kita.
Untuk membuat orang lain memahami maksud dari pesan kita, pesan verbal
merupakan suatu yang penting, karena dengan susunan kata-kata yang berantakan
orang lain pasti akan gagal dalam memahami maksud dari pesan kita.
Tapi, ketika susunan kata kita sudah baik, dan mungkin berdasarkan EYD –ejaan yang disempurnakan- tapi orang lain masih belum paham maksud kita, atau salah dalam menghayati pesan kita, maka kita harus mengevaluasi kembali bahasa non-verbal kita.
Tapi, ketika susunan kata kita sudah baik, dan mungkin berdasarkan EYD –ejaan yang disempurnakan- tapi orang lain masih belum paham maksud kita, atau salah dalam menghayati pesan kita, maka kita harus mengevaluasi kembali bahasa non-verbal kita.
Ketika
kita mengatakan, “saya mau minta tolong, bolehkah?” dengan ekspresi ramah,
tersenyum, atau mungkin sedikit memelas, akan lebih mungkin bagi kita untuk
mendapat pertolongan dibanding kita mengatakan hal tersebut dengan ekspresi
yang sombong, dan nada yang ketus.
Pesan non-verbal inilah yang sering terlupakan dalam komunikasi, dalam berpacaran mungkin terkadang ada yang bilang “saya tidak apa-apa....ngga ada masalah apa-apa ko” tapi dengan ekspresi dan bahasa tubuh yang menunjukan ketidaknyamanan, hal ini tentu akan menimbulkan rasa penasaran pada pasangannya, bukan menimbulkan kenyamanan karena mendengar kata-kta tersebut, bahkan cenderung bisa menimbulkan kecemasan yang berakhir pada pertengkaran. Atau ketika berhadapan dengan anak-anak.
Seorang ibu atau ayah yang berkata “ibu/ayah itu sayang sama kamu!!!!” dengan mata yang melotot dan menunjuk-nunjuk anaknya, tentu hal ini akan membuat anak takut, dan mungkin malah membuat anak semakin marah.
Untuk menyampaikan pesan dengan efektif, tentu kita harus menyampaikannya dengan pesan verbal dan pesan non-verbal yang tepat. Ketika kita marah, tentu kita harus menyampaikan dengan bahasa yang tepat, dan gestur serta ekspresi yang tepat untuk menyampaikannya, sehingga apa yang kita ingin sampaikan bisa dimengerti oleh orang-orang. Dan untuk memahami pesan dari orang lain pun kita harus menjadi seorang yang observant....harus menjadi orang yang memperhatikan, karena apa yang dikatakan dengan kata-kata dimulut bisa berbeda dengan apa yang dikatakan oleh tubuhnya, oleh ekspresinya, dan oleh suaranya.
Walaupun demikian, kita juga tentu harus sadar bahwa sebagaimanapun kita mengobservasi seseorang, kita tidak pernah bisa seratus persen membaca apa yang dipikirkan oleh orang tersebut, terutama hal-hal yang tersembunyi.
Tentu semakin kita berpengalaman dalam memperhatikan gerak-gerik tubuh orang lain, ketepatan kita dalam “membaca” apa yang ada pada mereka meningkat, tapi itu bukan berarti kita seratus persen mengerti mengenai mereka. Hanya orang yang tidak pernah belajar bahasa non-verbal yang mengatakan bahwa dia bisa membaca orang lain seperti buku.
Pertanyaannya adalah kenapa? Padahal kita sudah berpengalaman dan sudah memiliki pengetahuan, misalnya. Hal itu karena variasi dari makna bahasa non-verbal sangatlah banyak. Sebagai contoh, ketika seseorang memalingkan pandangannya dari kita hal tersebut bisa memiliki berbagai kemungkinan.
Yang sederhana saja, 1. Dia membenci kita, 2. Dia berbohong pada kita, 3.Dia menyukai kita. Yang mana yang benar tergantung dari pesan lain yang disampaikan, apakah itu dari anggota tubuh lain, atau dari kata-kata yang dia sampaikan.
Untuk bisa memahami komunikasi non-verbal tentu merupakan hal yang sulit dan membutuhkan banyak latihan. Mungkin dikesempatan selanjutnya kita akan membahas bahasa nonverbal pada tiap anggota tubuh secara lebih mendetail.
Pesan non-verbal inilah yang sering terlupakan dalam komunikasi, dalam berpacaran mungkin terkadang ada yang bilang “saya tidak apa-apa....ngga ada masalah apa-apa ko” tapi dengan ekspresi dan bahasa tubuh yang menunjukan ketidaknyamanan, hal ini tentu akan menimbulkan rasa penasaran pada pasangannya, bukan menimbulkan kenyamanan karena mendengar kata-kta tersebut, bahkan cenderung bisa menimbulkan kecemasan yang berakhir pada pertengkaran. Atau ketika berhadapan dengan anak-anak.
Seorang ibu atau ayah yang berkata “ibu/ayah itu sayang sama kamu!!!!” dengan mata yang melotot dan menunjuk-nunjuk anaknya, tentu hal ini akan membuat anak takut, dan mungkin malah membuat anak semakin marah.
Untuk menyampaikan pesan dengan efektif, tentu kita harus menyampaikannya dengan pesan verbal dan pesan non-verbal yang tepat. Ketika kita marah, tentu kita harus menyampaikan dengan bahasa yang tepat, dan gestur serta ekspresi yang tepat untuk menyampaikannya, sehingga apa yang kita ingin sampaikan bisa dimengerti oleh orang-orang. Dan untuk memahami pesan dari orang lain pun kita harus menjadi seorang yang observant....harus menjadi orang yang memperhatikan, karena apa yang dikatakan dengan kata-kata dimulut bisa berbeda dengan apa yang dikatakan oleh tubuhnya, oleh ekspresinya, dan oleh suaranya.
Walaupun demikian, kita juga tentu harus sadar bahwa sebagaimanapun kita mengobservasi seseorang, kita tidak pernah bisa seratus persen membaca apa yang dipikirkan oleh orang tersebut, terutama hal-hal yang tersembunyi.
Tentu semakin kita berpengalaman dalam memperhatikan gerak-gerik tubuh orang lain, ketepatan kita dalam “membaca” apa yang ada pada mereka meningkat, tapi itu bukan berarti kita seratus persen mengerti mengenai mereka. Hanya orang yang tidak pernah belajar bahasa non-verbal yang mengatakan bahwa dia bisa membaca orang lain seperti buku.
Pertanyaannya adalah kenapa? Padahal kita sudah berpengalaman dan sudah memiliki pengetahuan, misalnya. Hal itu karena variasi dari makna bahasa non-verbal sangatlah banyak. Sebagai contoh, ketika seseorang memalingkan pandangannya dari kita hal tersebut bisa memiliki berbagai kemungkinan.
Yang sederhana saja, 1. Dia membenci kita, 2. Dia berbohong pada kita, 3.Dia menyukai kita. Yang mana yang benar tergantung dari pesan lain yang disampaikan, apakah itu dari anggota tubuh lain, atau dari kata-kata yang dia sampaikan.
Untuk bisa memahami komunikasi non-verbal tentu merupakan hal yang sulit dan membutuhkan banyak latihan. Mungkin dikesempatan selanjutnya kita akan membahas bahasa nonverbal pada tiap anggota tubuh secara lebih mendetail.
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan jejak dengan berkomentar
"Mohon untuk tidak memberikan komentar yang berbau SARA,pornografi atau pesan negatif lainnya, karena akan kami hapus dari postingan ini"