Gambar diatas mungkin hanya
terlihat hanya seperti gambar kucing biasa, digambar dengan berbagai gaya
lukis. Namun, sebenarnya gambar ini memiliki makna yang lebih dalam. Gambar ini
adalah lukisan karya Louis Wain, seorang pelukis terkenal dari Inggris yang
menderita gangguan schizophrenia. Dokter yang menangani Wain mengatakan bahwa
lukisan yang dihasilkan olehnya menjadi semakin abstrak seiring dengan usianya
yang semakin tua, dia pun mengatakan bahwa Wain mengalami gangguan
schizophrenia bisa dilihat dari lukisannya tersebut.
Seperti
yang telah dibahas dalam artikel
sebelumnya, tentang gambaran orang yang mengalami gangguan schizophrenia.
Wain melalui lukisannya mungkin menggambarkan bagaimana dia melihat kucing
seiring dengan berjalannya waktu dengan pengalaman schizophreniknya. Kucing di
mata Wain seiring berjalannya dengan waktu menjadi kucing, yang mungkin bagi
orang-orang normal tidak terlihat seperti kucing. Lalu setelah kita membahas
tentang gambaran
umum schizophrenia, dan ciri-cirinya,
mungkin ada yang bertanya apa sebenarnya penyebab gangguan ini? apa yang
sebenarnya terjadi sehingga seseorang bisa menjadi terasing dari kenyataan?
Sebuah
review dari penelitian mengenai scizophrenia mebuktikan bahwa, disamping
kemajuan pesat dalam pemahaman menegenai ganguan ini, para ahli tetap
tidak tahu mengenai inti dan penyebab dari gangguan ini. Para ahli masih
memiliki kriteria diagnostik yang kurang reliable, dan valid untuk mendiagnosa
schizophrenia. Ketika seorang peneliti berusaha untuk mencoba mengidentifikasi
penyebab dari gangguan ini, keterbatasan dalam kriteria membuat mereka
kesulitan melakukannya.
Teori yang masih diperhitungkan dalam
mendiagnosa penyebab shizophrenia terbagi kedalam dua kategori : biologikal dan
psikologikal. Pada awal-awal perkembangan teori ini, sangat banyak perdebatan
antara keduanya yang menentukan mana penyebab yang lebih dominan. Tetapi
penelitian akhir-akhir ini, mulai bisa menerima bahwa faktor biologis dan
pengalaman berinteraksi dan menjadi penentu schizophrenia dan mulai membangun
teori yang kompleks yang menggabungkan beberapa faktor (Malmberg, Lewis, David,
& Allebeck, 1998).
Model-model ini didasari oleh konsep kerentanan,
mengajukan bahwa individu memiliki proposisi secara biologis untuk
mengembangkan schizophrenia, tetapi gangguan tersebut bisa berkembang hanya ketika beberapa
kondisi di lingkungan terpenuhi.
Seseorang
yang mempunyai kecenderungan biologis, misalnya hormon dopamin yang di
keluarkan terlalu banyak oleh tubuhnya menjadi suatu kerentanan yang bisa
mengarahkan seseorang pada schizophrenia.
Tapi, schizophrenia tidak akan bisa
terjadi sebelum ada pencetus yang menyebabkan gangguan ini muncul. Sebagai
misal seseorang yang memiliki kerentanan biologis sejak kecil, dan diasuh
dengan pola asuh otoriter (orang tua dengan keras mengarahkan anak untuk selalu
mengikuti apa yang diminta oleh orangtua) sehingga menyebabkan kepribadian yang
lemah, cenderung tidak bisa mengambil keputusan, ada perasaan agresi, dan sulit
beradaptasi dengan lingkungan serta tidak mampu menyelesaikan masalah.
Orang
dengan kriteria seperti itu dihadapkan dengan masalah berat yang sulit untuk
diahadapi, misal kesulitan secara ekonomi yang terus menerus, tekanan dari
pekerjaan, atau kematian pasangan. Jika semua itu terpenuhi maka kemungkinan
besar orang tersebut akan mengalami shcizophrenia.
Schizophrenia
bukanlah hanya menjadi masalah si “pemilik” gangguan, tapi juga masalah bagi
orang-orang disekelilingnya. Sehingga penting bagi kita untuk meningkatkan
kepedulian terhadap gangguan ini. Untuk saat ini penanganan yang paling efektif
terhadap gangguan ini adalah melalui obat-obatan. Dengan pemberian obat-obatan
secara rutin dalam dosis tertentu, simptom-simptom pada orang schizophrenik
bisa berkurang, terutama delusi dan halusinasi.
Tapi,
obat-obatan ini bukanlah tanpa efek samping, banyak efek samping yang bisa
dirasakan oleh si peminum obat. Diantranya adalah gairah seksual yang
terganggu, kelelahan yang berkepanjangan, gangguan siklus menstruasi pada
wanita, kekakuan otot, dan sebagainya. Walaupun sudah ditemukan obat yang lebih
muktahir pada zaman sekarang, bukan berarti obat itu tanpa efek samping. Masih
ada efek samping, hanya intensitasnya lebih berkurang dari pada obat-obat yang
“kurang muktahir”.
Selain terapi menggunakan obat-obatan, disarankan juga
terapi perilaku. Terapi ini diharapkan bisa memperbaiki cara berpikir atau
perilaku yang tidak bisa hilang oleh terapi obat-obatan. Dalam istilah
psikologi terapi ini dikenal dengan istilah CBT (Cognitive behavioral Therapy), CBT adalah salah satu psikoterapi yang
terfokus pada pikiran dan perilaku. CBT membantu pasien dengan simptom yang
bahkan tidak dapat hilang dengan medikasi.
Therapis pada CBT mengajarkan individu dengan
schizophrenia bagaimana caranya mengetes realitas dari pikiran dan persepsi
mereka, dan mengajarkan cara bagaimana cara untuk “tidak mendengarkan”
pikiran-pikiran mereka, dan cara bagaimana mereka memange simptom mereka secara
keseluruhan. CBT bisa membantu mengurangi tingkat keparahan simptom dan
mengurangi resiko mereka untuk kambuh.
Terakhir, edukasi keluarga penderita. Hal sangat penting
ini penting agar keluarga bisa mengerti kondisi yang dialami oleh penderita dan
bisa bekerja sama dengan ahli dalam mencapai kesembuhan penderita. Sangat sering, penderita dengan
schizophrenia dilepaskan dari perawatan rumah sakit dan dirawat oleh
keluarganya ; jadi sangat penting bahwa anggota keluarga bisa belajar mengenai
schizophrenia serta memahami kesulitan dan masalah yang diasosiakan dengan
gangguan.
Sangat penting juga bagi keluarga untuk belajar mengenai
cara meminimalisir kemungkinan penderita untuk kambuh. Psychoeducation keluarga, yang didalamnya terdapat
berbagai cara coping dan cara menyelesaikan masalah, mungkin bisa menolong
keluarga untuk bisa lebih efektif dalam menghadapi anggota keluarga mereka yang
sakit dan mungkin bisa menyumbang bagi perkembangan positif bagi penderita.
Untuk mengetahui mengenai apa itu
schizophrenia dan ciri-cirinya silahkan baca artikel ini :
Sumber :
Whitebourne,
Halgin. 2003. Abnormal Psychology
Clinical Perspective on Psychological Disorder International Edition. New
York : McGraw-Hill
Spearing, Mellisa K.
2002. An Overview of
Schizophrenia – Information from the National Institute of Mental Health. National Institute of Mental Health
(NIMH).
Schizophrenia Symptoms. 23
Oktober 2014. Diambil dari http://schizophrenia.com/diag.php.
Psychological
Explanations of Schizophrenia ppt. 23 Oktober 2014. Diambil dari
www.thestudentroom.co.uk
McLeod, S. A. (2008). Mary Ainsworth.
Diambil dari http://www.simplypsychology.org/mary-ainsworth.html
McLeod, S. A. (2009). Attachment Theory.
Diambil dari http://www.simplypsychology.org/attachment.html
Greenwood,
Beth. The Baumrind Theory of
Parenting Styles. Diambil dari
http://everydaylife.globalpost.com/baumrind-theory-parenting-styles-6147.html
National Institutes of Health.
(2009) Schizophrenia.
Diambil dari http://www.nimh.nih.gov/health/publications/schizophrenia/index.shtml
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan jejak dengan berkomentar
"Mohon untuk tidak memberikan komentar yang berbau SARA,pornografi atau pesan negatif lainnya, karena akan kami hapus dari postingan ini"