Translate

Perjalanan Menuju Keterasingan Dari Kenyataan - Schizophrenia (Bagian 3)


Gambar diatas mungkin hanya terlihat hanya seperti gambar kucing biasa, digambar dengan berbagai gaya lukis. Namun, sebenarnya gambar ini memiliki makna yang lebih dalam. Gambar ini adalah lukisan karya Louis Wain, seorang pelukis terkenal dari Inggris yang menderita gangguan schizophrenia. Dokter yang menangani Wain mengatakan bahwa lukisan yang dihasilkan olehnya menjadi semakin abstrak seiring dengan usianya yang semakin tua, dia pun mengatakan bahwa Wain mengalami gangguan schizophrenia bisa dilihat dari lukisannya tersebut.

Seperti yang telah dibahas dalam artikel sebelumnya, tentang gambaran orang yang mengalami gangguan schizophrenia. Wain melalui lukisannya mungkin menggambarkan bagaimana dia melihat kucing seiring dengan berjalannya waktu dengan pengalaman schizophreniknya. Kucing di mata Wain seiring berjalannya dengan waktu menjadi kucing, yang mungkin bagi orang-orang normal tidak terlihat seperti kucing. Lalu setelah kita membahas tentang gambaran umum schizophrenia, dan ciri-cirinya, mungkin ada yang bertanya apa sebenarnya penyebab gangguan ini? apa yang sebenarnya terjadi sehingga seseorang bisa menjadi terasing dari kenyataan?

Sebuah review dari penelitian mengenai scizophrenia mebuktikan bahwa, disamping kemajuan pesat dalam pemahaman menegenai ganguan ini, para ahli tetap tidak tahu mengenai inti dan penyebab dari gangguan ini. Para ahli masih memiliki kriteria diagnostik yang kurang reliable, dan valid untuk mendiagnosa schizophrenia. Ketika seorang peneliti berusaha untuk mencoba mengidentifikasi penyebab dari gangguan ini, keterbatasan dalam kriteria membuat mereka kesulitan melakukannya.

Teori  yang masih diperhitungkan dalam mendiagnosa penyebab shizophrenia terbagi kedalam dua kategori : biologikal dan psikologikal. Pada awal-awal perkembangan teori ini, sangat banyak perdebatan antara keduanya yang menentukan mana penyebab yang lebih dominan. Tetapi penelitian akhir-akhir ini, mulai bisa menerima bahwa faktor biologis dan pengalaman berinteraksi dan menjadi penentu schizophrenia dan mulai membangun teori yang kompleks yang menggabungkan beberapa faktor (Malmberg, Lewis, David, & Allebeck, 1998).

Model-model ini didasari oleh konsep kerentanan, mengajukan bahwa individu memiliki proposisi secara biologis untuk mengembangkan schizophrenia, tetapi gangguan tersebut bisa  berkembang hanya ketika beberapa kondisi di lingkungan terpenuhi.
Seseorang yang mempunyai kecenderungan biologis, misalnya hormon dopamin yang di keluarkan terlalu banyak oleh tubuhnya menjadi suatu kerentanan yang bisa mengarahkan seseorang pada schizophrenia. 

Tapi, schizophrenia tidak akan bisa terjadi sebelum ada pencetus yang menyebabkan gangguan ini muncul. Sebagai misal seseorang yang memiliki kerentanan biologis sejak kecil, dan diasuh dengan pola asuh otoriter (orang tua dengan keras mengarahkan anak untuk selalu mengikuti apa yang diminta oleh orangtua) sehingga menyebabkan kepribadian yang lemah, cenderung tidak bisa mengambil keputusan, ada perasaan agresi, dan sulit beradaptasi dengan lingkungan serta tidak mampu menyelesaikan masalah. 

Orang dengan kriteria seperti itu dihadapkan dengan masalah berat yang sulit untuk diahadapi, misal kesulitan secara ekonomi yang terus menerus, tekanan dari pekerjaan, atau kematian pasangan. Jika semua itu terpenuhi maka kemungkinan besar orang tersebut akan mengalami shcizophrenia.

Schizophrenia bukanlah hanya menjadi masalah si “pemilik” gangguan, tapi juga masalah bagi orang-orang disekelilingnya. Sehingga penting bagi kita untuk meningkatkan kepedulian terhadap gangguan ini. Untuk saat ini penanganan yang paling efektif terhadap gangguan ini adalah melalui obat-obatan. Dengan pemberian obat-obatan secara rutin dalam dosis tertentu, simptom-simptom pada orang schizophrenik bisa berkurang, terutama delusi dan halusinasi. 

Tapi, obat-obatan ini bukanlah tanpa efek samping, banyak efek samping yang bisa dirasakan oleh si peminum obat. Diantranya adalah gairah seksual yang terganggu, kelelahan yang berkepanjangan, gangguan siklus menstruasi pada wanita, kekakuan otot, dan sebagainya. Walaupun sudah ditemukan obat yang lebih muktahir pada zaman sekarang, bukan berarti obat itu tanpa efek samping. Masih ada efek samping, hanya intensitasnya lebih berkurang dari pada obat-obat yang “kurang muktahir”.

Selain terapi menggunakan obat-obatan, disarankan juga terapi perilaku. Terapi ini diharapkan bisa memperbaiki cara berpikir atau perilaku yang tidak bisa hilang oleh terapi obat-obatan. Dalam istilah psikologi terapi ini dikenal dengan istilah CBT (Cognitive behavioral Therapy), CBT adalah salah satu psikoterapi yang terfokus pada pikiran dan perilaku. CBT membantu pasien dengan simptom yang bahkan tidak dapat hilang dengan medikasi. 

Therapis pada CBT mengajarkan individu dengan schizophrenia bagaimana caranya mengetes realitas dari pikiran dan persepsi mereka, dan mengajarkan cara bagaimana cara untuk “tidak mendengarkan” pikiran-pikiran mereka, dan cara bagaimana mereka memange simptom mereka secara keseluruhan. CBT bisa membantu mengurangi tingkat keparahan simptom dan mengurangi resiko mereka untuk kambuh.

Terakhir, edukasi keluarga penderita. Hal sangat penting ini penting agar keluarga bisa mengerti kondisi yang dialami oleh penderita dan bisa bekerja sama dengan ahli dalam mencapai kesembuhan penderita. Sangat sering, penderita dengan schizophrenia dilepaskan dari perawatan rumah sakit dan dirawat oleh keluarganya ; jadi sangat penting bahwa anggota keluarga bisa belajar mengenai schizophrenia serta memahami kesulitan dan masalah yang diasosiakan dengan gangguan. 

Sangat penting juga bagi keluarga untuk belajar mengenai cara meminimalisir kemungkinan penderita untuk kambuh. Psychoeducation keluarga, yang didalamnya terdapat berbagai cara coping dan cara menyelesaikan masalah, mungkin bisa menolong keluarga untuk bisa lebih efektif dalam menghadapi anggota keluarga mereka yang sakit dan mungkin bisa menyumbang bagi perkembangan positif bagi penderita. 

Untuk mengetahui mengenai apa itu schizophrenia dan ciri-cirinya silahkan baca artikel ini :

Orang-Orang Yang Terjebak Dalam Dunianya Sendiri - Schizophrenia (Bagian 1)



Sumber :

Whitebourne, Halgin. 2003. Abnormal Psychology Clinical Perspective on Psychological Disorder International Edition. New York : McGraw-Hill

Spearing, Mellisa K. 2002. An Overview of Schizophrenia – Information from the National Institute of Mental Health. National Institute of Mental Health (NIMH).

Schizophrenia Symptoms. 23 Oktober 2014. Diambil dari http://schizophrenia.com/diag.php.

Psychological Explanations of Schizophrenia ppt. 23 Oktober 2014. Diambil dari www.thestudentroom.co.uk

McLeod, S. A. (2008). Mary Ainsworth. Diambil dari http://www.simplypsychology.org/mary-ainsworth.html

McLeod, S. A. (2009). Attachment Theory. Diambil dari http://www.simplypsychology.org/attachment.html
Greenwood, Beth. The Baumrind Theory of Parenting Styles. Diambil dari http://everydaylife.globalpost.com/baumrind-theory-parenting-styles-6147.html

National Institutes of Health. (2009) Schizophrenia. Diambil dari http://www.nimh.nih.gov/health/publications/schizophrenia/index.shtml

No comments:

Post a Comment

Silahkan tinggalkan jejak dengan berkomentar

"Mohon untuk tidak memberikan komentar yang berbau SARA,pornografi atau pesan negatif lainnya, karena akan kami hapus dari postingan ini"