Membentak dan memarahi anak agar mereka menurut bukanlah hal yang baik |
Menjadi orangtua mungkin merupakan suatu hal yang cukup
menantang bagi orang-orang. Hal ini disebabkan karena terkadang kita bingung
harus berperilaku seperti apa terhadap anak agar si anak bisa berkembang dengan
baik. Para ahli psikologi pun tertarik terhadap hubungan antara pola asuh yang
digunakan orang tua dengan akibat yang muncul pada pola perkembangan anak
dikemudian hari.
Berdasarkan
Diana Baumrind, salah seorang ahli dalam psikologi perkembangan. Menemukan bahwa
ada empat pola asuh yang digunakan orang tua dan hal tersebut berhubungan
dengan perkembangan anak di kemudian hari. Pola asuh ini akan mempengaruhi bagaimana
anak berinteraksi dengan lingkungannya, bagaimana temperamen anak saat dia menjadi dewasa, dan hal-hal
lainnya yang berhubungan dengan kepribadian dan mental anak. Berikut adalah empat pola asuh tersebut :
Pola asuh authoritarian, adalah pola
asuh yang mengatur, orang tua menegakan aturan, pola asuh yang cenderung memaksa anak untuk
mengikuti aturan orang-tua. Anak tidak dilibatkan dalam menyelesaikan masalah,
tantangan, atau hambatan yang sedang mereka hadapi. Pokoknya semua harus berdasarkan pada perintah orang tua. Anak tidak dibiarkan memilih mana yang menurut mereka baik, tapi orang tualah yang cenderung memaksakan pilihan mereka.
Orang tua yang menggunakan pola asuh ini cenderung berpendapat "yang
penting anak menurut pada orang tua tanpa banyak alasan", kalau perlu anak
dihukum agar menurut pada orang tua. Ketika anak bertanya pada orang tuanya, “kenapa
harus seperti itu?” atau “kenapa harus seperti ini?” orang tua tidak memberikan
alasan yang jelas, dan mungkin mereka hanya berkata “pokonya kata mamah/ayah
gitu, ya gitu!”.
Orang tua dengan pola asuh ini cenderung tidak mengkomunikasikan aturan yang mereka buat
dengan anak, sehingga anak bisa jadi tidak mengerti tentang kenapa peraturan
itu ada atau kenapa dia harus melakukan hal seperti itu. Sehingga anak menurut pada orang tua bukan karena mereka paham tentang aturannya, tapi karena takut dihukum. Orang tua yang seperti ini adalah orang
tua penuntut tapi tidak memberi pada anak.
Anak-anak
yang dibesarkan dengan pola asuh ini akan menjadi anak yang sangat penurut,
anak yang sangat mematuhi aturan. Tapi walaupun demikian, mereka akan
berkembang menjadi anak yang tidak percaya diri, bahkan terkadang menjadi anak
yang memiliki rasa permusuhan dan menjadi seorang pemarah. Bahkan mereka bisa berbalik memusuhi atau
marah pada orang tuanya karena mereka hanya terfokus pada hukuman yang
diberikan oleh orang tuanya.
Mereka tidak akan berusaha belajar untuk menyelesaikan masalah
dan mengambil keputusan. Mereka menjadi anak yang cenderung tidak bahagia,
pemarah, dan kurang terampil dalam interaksi sosial.
Hal yang sangat baik ketika orangtua bisa mengkomunikasikan mengenai aturan dan keinginan- keinginan mereka terhadap anak |
Pola asuh authoritative, adalah pola
asuh dimana orang tua –sama seperti pola asuh diatas- menetapkan aturan, tetapi
hal yang berbeda dengan pola asuh sebelumnya, pada orang tua dengan pola asuh
ini mereka mengkomunikasikan aturan tersebut dengan anak, dan memperbolehkan beberapa
pengecualian.
Orang tua dengan pola asuh ini menjelaskan pada anak alasan
kenapa mereka harus mengikuti aturan tersebut. Hasilnya adalah anak mengikuti
aturan tersebut bukan karena mereka takut dihukum oleh orang tua, tapi karena
mereka paham tentang pentingnya mengikuti aturan yang ditetapkan oleh orang
tua. Orang tua dengan pola asuh ini pun tidak ragu untuk memuji anaknya ketika
mereka berbuat hal baik, dan menasihati anaknya ketika mereka salah.
Anak
yang dibesarkan dengan pola asuh ini mungkin tidak akan sepatuh anak yang
dibesarkan dengan pola asuh yang sebelumnya. Tapi mereka akan menjadi anak yang
bahagia dan sukses. Mereka menjadi anak yang memiliki cara menyelesaikan masalah yang
baik, dan kebanyakan tumbuh menjadi dewasa yang bertanggung jawab dan nyaman
dalam mengutarakan opini mereka.
Pola asuh permisive, adalah orang tua
dengan pola asuh yang tidak begitu ketat dan tidak terlalu menerapkan aturan. Mereka
cenderung melepaskan anak dan hanya terlibat ketika terjadi masalah yang cukup
serius. Orang tua dengan tipe ini cenderung berperilaku menuruti anak, mereka mungkin akan berkata “yah,
daripada anak rewel lebih baik kita turuti saja kemauannya”, “kasian, daripada
anak nangis lebih baik ikuti saja kemauannya...”.
Orang tua seperti ini, memang
mungkin bisa dibilang “sayang anak” dan terlihat sangat peduli terhadap anak,
tapi sebenarnya mereka tidak sadar akibat berbahaya yang akan muncul di
kemudian hari.
Anak
yang tumbuh dengan orang tua yang menggunakan pola asuh ini, tumbuh menjadi
seorang yang tidak akan menghargai pihak otoritas. Seperti, guru, orang yang
lebih tua, bahkan orang tuanya sendiri. Mereka cenderung menjadi anak yang
tidak mematuhi aturan, dan sering memiliki kepercayaan diri yang rendah karena
mereka tidak mampu menyelesaikan masalah –karena tidak pernah dibiasakan-, mereka cenderung akan
bermasalah di bidang akademik dan menjadi anak yang keinginannya harus selalu
dipenuhi, cenderung manja, dan sering melaporkan bahwa dia sedang bersedih (karena merasa banyak keinginannya yang tidak terpenuhi).
Pola asuh neglect, atau ditelantarkan,
sejauh ini, ini adalah pola asuh yang paling parah menurut penulis. Orang tua
dengan pola asuh ini cenderung tidak terlibat dan tidak memenuhi kebutuhan
anaknya, mereka berharap anak bisa “tumbuh dengan sendirinya”.
Biasanya pola
asuh ini terjadi pada orang tua yang mengalami masalah di kesehatan mental,
orang tua yang terlibat kekerasan rumah tangga, orang tua yang memiliki
pengetahuan terabatas tentang cara mengasuh dan perkembangan anak, atau orang
tua yang terlalu dipusingkan oleh masalahnya sendiri sehingga dia tidak peduli
dengan masalah yang dihadapi oleh anaknya.
Orang tua
dengan pola asuh ini adalah orang tua yang cenderung tidak tahu apa yang
anaknya lakukan, mereka tidak tahu anaknya main dengan siapa, berperilaku
seperti apa, bagaimana sekolahnya, bahkan mereka juga tidak menerapkan aturan
dan target yang harus dicapai oleh
anaknya. Anak yang tumbuh dengan orang tua seperti ini akan menjadi anak yang
tidak menerima bimbingan dan akan merasa kuran perhatian dari orang tuanya.
Ketika
orang tua mengasuh dengan pola seperti ini, anak akan mengalami percaya diri yang
rendah, tidak memiliki prestasi akademik yang baik, tidak bahagia, dan menjadi
anak yang bermasalah, bahkan bisa jadi anak terlibat dengan kriminalitas dan
penggunaan zat-zat terlarang.
Dengan
uraian diatas, sudahkah para orang tua mengevaluasi seperti apa pola asuh yang
mereka gunakan? Karena jika berbicara hasil tentu para orang tua pasti ingin menjadikan
dan berbuat yang terbaik untuk anaknya.
Semoga artikel ini bisa bermanfat :)
Info yg bgus gan.
ReplyDeleteKunjungi jg gan :D http://akucintaitalia.blogspot.in/2015/08/kamera-murah-untuk-newbie.html