Seperti yang telah dibahas di artikel sebelumnya mengenai Avoidant Personality Disorder, atau disingkat menjadi APD. Gangguan ini bisa disebabkan oleh banyak hal dan berbagai macam faktor, bahkan para ahli pun masih sulit untuk mengetahui apa yang menyebabkan hal ini terjadi pada seseorang. Jika kita melihat gangguan ini dari kacamata teori kognitif, maka kita akan
menemukan bahwa orang dengan APD cenderung memiliki keyakinan yang tidak sehat tentang
keberhargaan dirinya sendiri, hal ini adalah akibat dari pengalaman dia ditolak
pada masa awal kehidupannya, terutama biasanya oleh keluarga, atau orang tua.
Berdasarkan
model kognitif berpendapat bahwa, anak-anak yang mengalami penolakan dari orang
tuanya akan berpikir bahwa, “Saya mungkin adalah orang yang buruk bagi ibu
saya, sehingga ibu saya memperlakukan saya seburuk ini” atau mungkin dia akan
berpikir “Aku mungkin seorang yang cacat dan berbeda dari orang lain“atau ”jika
orang tua tidak menyukai saya bagaimana dengan orang lain, mungkin semuanya
tidak akan menyukai saya“. Dari pemikiran-pemikiran seperti inilah yang membuat
mereka menganggap bahwa mereka akan ditolak dan tidak diterima oleh orang lain.
Karena mereka merasa ditolak oleh orang tua mereka, mereka cenderung mengganggao bahwa mereka juga akan mendapatkan penolakan ini dari semua orang, dan hal ini lah yang menyebabkan mereka takut
untuk berinteraksi dengan orang lain.
Para ahli psikologi kognitif mengatakan bahwa orang-orang yang mengembangkan gangguan kepribadian adalah disebabkan karena mereka keliru dalam mengartikan
pengalaman yang mereka alami. Misal pada remaja-remaja
dengan gangguan kepribadian antisosial (psychopath), mereka cenderung
keliru dalam mengartikan perilaku orang lain dan mereka menganggap bahwa orang lain adalah sosok yang mengancam. Hal ini mungkin disebabkan karena pengalaman mereka dengan keluarga atau orang tua adalah pengalaman yang menyakitkan, sehingga mereka berpikir bahwa orang-orang juga untuk membuat mereka sakit.
keliru dalam mengartikan perilaku orang lain dan mereka menganggap bahwa orang lain adalah sosok yang mengancam. Hal ini mungkin disebabkan karena pengalaman mereka dengan keluarga atau orang tua adalah pengalaman yang menyakitkan, sehingga mereka berpikir bahwa orang-orang juga untuk membuat mereka sakit.
Pada orang dengan gangguan kepribadian avoidant, hal ini juga cenderung terjadi, pengaruh pikiran dan cara mereka mengartikan perilaku orang lain memegang peranan penting bagi gangguan
ini, sifat mereka yang cenderung terlalu curiga dan berpikir
bahwa orang lain akan mengkritik atau menolak mereka adalah pikiran-pikiran yang menjadi khas orang yang memiliki gangguan ini. Orang dengan APD secara terus menerus akan memeriksa lingkungan atau situasi yang menurut mereka
mengancam. Mereka cenderung sensitif terhadap apa yang orang lain lakukan atau orang lain
katakan. Karena perilaku tersebut dilakukan secara terus
menerus hal ini mengakibatkan penilaian orang dengan APD terhadap potensi “bahaya” cenderung tinggi, bahkan situasi-situasi yang sebenarnya tidak cenderung tidak beresiko bagi mereka hal ini adalah
sesuatu yang dianggap sebagai ancamanan.
Hal ini lah yang menyebabkan orang dengan APD takut
untuk menghadapi situasi sosial, penilaian yang terlalu
menekankan
pada potensi ancaman membuat tidak ada satu informasi yang bisa mereka olah secara
mendalam, akibatnya segala sesuatu, perilaku, kondisi, perkataan, dan
sebagainya mereka anggap sebagai suatu kritik atau penolakan. Hal ini mengakibatkan mereka menarik diri mereka dari
interaksi sosial dan takut terhadap kritik serta penolakan dari orang lain.
Selain dari
pandangan psikologi kognitif, para ahli psikologi humanistik melihat bahwa
orang yang menderita APD cenderung melihat diri mereka sebagai seseorang yang
tidak memiliki kemampuan dan tidak punya kompetensi baik dalam bidang akademis
maupun dalam bidang pekerjaan. Dia memandang bahwa orang lain tidak tertarik
dengannya, cenderung mengkritik mereka, dan cenderung menuntut.
Mereka mempercayai bahwa diri mereka adalah “saya adalah seseorang tidak
baik…tidak berharga…dan saya adalah orang yang tidak
dicintai. Saya tidak mampu untuk menerima perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan dalam diri saya”. Lebih jauh lagi, mereka
akan mempercayai hal-hal seperti ini “jika orang lain terlalu
dekat dengan saya, mereka akan menemukan diri saya yang sebenarnya dan mereka pasti akan
menolak saya karena hal tersebut tidak bisa mereka terima”. Dan selanjutnya adalah,
mereka akan mengisntruksikan diri mereka sendiri untuk tidak mengambil resiko, mereka berpikir bahwa “sebaiknya
saya menghindari situasi-situasi yang kemungkinan akan
berdampak tidak menyenangkan bagi saya”.
Inti dari hal yang menyebabkan gangguan ini adalah kurangnya kasih sayang dari orang tua, dan pikiran-pikiran negatif dari orang tersebut, sehingga dia menilai dirinya sebagai seseorang yang buruk dan tidak layak untuk berinteraksi dengan orang lain.
Kalo begitu apa sih
yang bisa dilakukan untuk mencegah seseorang mengembangkan gangguan APD? Langkah pertama
yang bisa dilakukan untuk menghindari gangguan ini adalah dengan cara mencari
informasi tentang ciri-ciri atau tanda-tanda awal munculnya APD. Apabila
terdeteksi bahwa orang yang bersangkutan memiliki tanda-tanda awal dari
gangguan ini, maka bisa dilakukan penanganan dengan cara membekali orang
tersebut keterampilan sosial, dengan menggunakan kemampuan yang dirasa kompeten
oleh orang tersebut untuk menjadi media bagi dia bersosialisasi.
Misalnya pelatihan keterampilan sosial dengan olahraga, kesenian,
atau dengan musik, dan menggunakan kemampuan-kemampuan ini untuk berinteraksi dengan orang lain. Untuk orang-orang
yang sudah terlanjur mengembangkan gangguan ini, terapi kognitif dan terapi perilaku
atau dikenal dengan CBT, dianggap efektif untuk membantu orang yang bersangkutan
mengenal dan mengetahui mana sikap dan perilaku yang sehat dan mana sikap dan
perilaku yang tidak sehat. Serta berusaha mengembalikan kepercayaan dan menghilangkan pikiran-pikiran negative. Terapi kelompok juga terbukti bisa membantu individu untuk mengembangkan ketahanan mereka terhadap penolakan dari orang lain dan
pemikiran-pemikiran negatif mengenai orang lain.
Sumber :
Nolen,
S.&Hoeksemana. Abnormal Psychology (4th
edition). New York : Mc Graw Hill International Edition
Nevid, J.S; Rathus, S.A; Greene, B.A. (2000) . Abnormal Psychology
In A Changing World (4th edition). New Jersey : Prentice
Hall.
Davison, G.C. ;
Neale. J.M. ; Kring, A.M. (2006). Psikologi Abnormal (Edisi ke-9). Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
James, N.B; Susan M, Jill,
M.H (2008) Abnormal Psychology core concepts,
Pearson Education USA.
Wiramihardja, S.A (2007)Pengantar Psikologi Abnormal,Bandung
: PT Refika Aditama
Psych Central. (2015). Avoidant
Personality Disorder Symptoms. Psych Central.
Retrieved on June 13, 2015, from http://psychcentral.com/disorders/avoidant-personality-disorder-symptoms/
Glack, S. (2014). Famous
People with Avoidant Personality Disorder. Di unduh pada Juni 13, 2015, dari http://www.healthyplace.com/personality-disorders/avoidant-personality-disorder/famous-people-with-avoidant-personality-disorder/
aritkel nya bagus gan...terimakasih ....sangat bermanfaat
ReplyDelete