Sudah menjadi suatu kebiasaan di Indonesia pada Idul Adha ini untuk berkumpul bersama keluarga, memasak dan memakan daging kurban tersebut bersama-sama. Satu hari yang dipenuhi dengan suka cita dan kebahagiaan, karena pada hari ini bahkan orang-orang yang tidak mampu mendapatkan bagian untuk merasakan daging kurban, daging sapi dan kambing yang mungkin pada hari-hari biasa terlalu mahal untuk dibeli.
Mungkin pembaca bertanya-tanya kenapa dalam sebuah artikel psikologi, membahas tentang Idul Adha? Penulis ingin membahas tentang keberagamaan, dan penulis berharap selain bahwa artikel ini adalah artikel spesial hari Idul Adha, penulis juga berharap penggambaran mengenai Idul Adha dan situasinya bisa memudahkan kita untuk memahami pengaruh keberagamaan dan kepuasan hidup bahkan kebahagiaan.
Agama bukan sesuatu yang asing, dan mungkin sudah menjadi suatu bagian yang sangat penting dalam hidup kita. Terutama di negara Indonesia yang mayoritas masyarakatnya hidup beragama. Didalamnya terdapat berbagai macam agama mulai dari Hindu hingga Islam, mulai dari agama pertama muncul di Indonesia, agama yang datang dari bagian timur dunia, hingga agama yang datang dari bagian barat dunia terdapat di Indonesia. Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa keberagamaan menjadi sesuatu yang kental bagi kehidupan masyarakat Indonesia.
Para ahli pun telah banyak melakukan penelitian tentang hubungan keberagamaan dan kepuasan hidup. Sebagai misal dalam Michael A. Kortt dalam jurnalnya yang berjudul Religion and Life Satisfaction Down Under menuliskan bahwa ada bukti yang kuat bahwa ada hubungan antara keberagamaan dan seringnya datang ke tempat-tempat ibadah dengan kepuasan hidup.
Artikel yang berjudul Religious People Much Happier And Have Much More Life Satisfaction Than Other, According to New Studies di Dailymail.Co.Uk menuliskan bahwa, ada hubungan yang erat antara memiliki agama tertentu membuat seseorang menjadi lebih bahagia, 45% orang yang sering mengikuti acara-acara keagamaan mengatakan dirinya sangat bahagia, bahkan penelitian lain mengatakan bahwa orang yang tidak pernah mengikuti acara keagamaan dua kali lebih sering mengatakan dirinya tidak bahagia.
Para peneliti menyebutkan bahwa ada beberapa penyebab kenapa mereka merasa lebih bahagia dibandingkan dengan orang-orang yang tidak religius. Peneliti menyebutkan bahwa ada dua hal penting yang membuat keberagamaan membuat seseorang lebih bahagia, yaitu perasaan bahwa mereka tidak sendirian, dan kemampuan mengatasi keadaan-keadaan yang sulit lebih baik daripada orang pada umumnya.
Aspek sosial dari keberagamaan adalah sesuatu yang penting dalam membuat seseorang lebih bahagia. Para peneliti menemukan bahwa orang-orang beragama cenderung lebih memiliki kesempatan untuk berinteraksi sosial dengan orang-orang sekitarnya. Sebagai contoh bagi umat Islam mereka mungkin akan bertemu dengan orang Islam lainnya di Masjid pada waktu shalat lima waktu, begitu juga dengan orang Kristen yang bertemu dengan orang-orang kristen lainnya di gereja dan melaksanakan ibadah bersama.
Hal ini menjadi penting, karena ketika mereka bersosialisasi dengan orang-orang yang satu agama dengannya, mereka merasa bahwa mereka tidak sendirian. Rasa satu kesatuan dan kebersamaan menjadi sesuatu yang penting bagi orang-orang beragama. Selain rasa kesatuan dan kebersamaan, support satu sama lain pun menjadi penting. Sebagai misal, dalam hari Idul Adha ini orang-orang yang mampu berkurban dan mengharapkan ridho Tuhannya, sedangkan orang-orang yang kurang mampu mendapatkan bagian dari kurban mereka.
Pada hari ini pula para keluarga bisa bersatu untuk makan bersama, memasak bersama, dan berkumpul untuk bersenang-senang, yang mungkin pada hari-hari biasa sulit untuk dilakukan. Tapi pada hari Idul Adha ini orang-orang memiliki kesempatan untuk bersama dengan orang-orang yang mereka sayangi, yaitu keluarga mereka.
Tentu keuntungan ini tidak hanya dirasakan pada hari Idul Adha saja, tapi di hari raya - hari raya lainnya disetiap agama selalu memiliki pola yang sama. Yaitu, momen dimana orang-orang bisa berbagi kasih sayang dan kepedulian dengan orang-orang disekitarnya.
Selain membuat seseorang tidak merasa sendiri, dan memberikan kesempatan untuk bersosialisasi dengan orang-orang sekitarnya. Keberagamaan juga bisa membuat seseorang menjadi lebih "tahan banting" dibandingkan dengan orang-orang yang kurang begitu religius. Para peneliti melaporkan bahwa orang-orang yang cenderung religius mampu menghadapi situasi-situasi sulit seperti perceraian, kematian, dan kehilangan pekerjaan dengan lebih baik.
Mungkin hal ini ada kaitannya dengan konsep Ketuhanan dan ajaran-ajaran keagamaan yang selalu mengatakan bahwa ada pertolongan Tuhan dalam setiap masalah. Orang-orang yang religius memiliki kepercayaan terhadap hal ini sehingga mereka cenderung "lebih tahan" terhadap situasi sulit dan tidak menyerah karena mereka mengharapkan pertolongan dari Tuhan.
Selain itu agama juga mengajarkan seseorang untuk mensyukuri segala sesuatu, sehingga hal ini pun mungkin menjadi penyebab kenapa seseorang yang religius memiliki kepuasan hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang-orang yang tidak religius.
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan jejak dengan berkomentar
"Mohon untuk tidak memberikan komentar yang berbau SARA,pornografi atau pesan negatif lainnya, karena akan kami hapus dari postingan ini"