Setiap orang berbeda sehingga perilakunya pun cenderung berbeda. Bagaimana cara menyikapi perbedaan tersebut yaitu dengan bertoleransi |
Ketika penulis pertama kali memasuki bangku kuliah dan menjalankan ospek fakultas, penulis sangat ingat dengan pertanyaan yang sering ditanyakan oleh senior kepada para mahasiswa baru, yaitu "mana empatinya?". Begitu pula, ketika penulis memasuki semester pertama, penulis langsung dijejali dengan mata kuliah - mata kuliah yang isinya tentang fungsi-fungsi dasar dalam bertingkah laku.
Ketika semester akhir pun demikian, penulis diwajibkan untuk bisa berempati dan bisa memahami kenapa client yang pada waktu itu dihadapi penulis ketika praktik berperilaku aneh, menangis berlebihan ketika menceritakan masalahnya, terlihat depresi, dan sebagainya. Salah satu kompetensi yang dituntut oleh para dosen dari mahasiswanya adalah kemampuan untuk memahami orang dari mata orang tersebut.
Yah, secara singkat memang psikologi adalah ilmu untuk memahami orang sehingga hal-hal yang telah disebutkan diatas memang harus menjadi kompetensi dari seorang psikolog. Lalu apa hubungannya dengan bertoleransi? dan kenapa harus membahas toleransi?
Kenapa kita membahas toleransi? karena penulis menganggap toleransi adalah suatu hal yang penting, terutama ketika banyak terjadi benturan-benturan dan perselisihan karena banyaknya perbedaan, di negara Indonesia yang cenderung multicultural atau dengan kata lain memiliki banyak budaya. Menurut penulis, toleransi adalah suatu sikap yang diperlukan oleh orang-orang untuk menghadapi perbedaan tersebut agar tidak terjadi kekacauan dan saling membenci, karena bagaimanpun perbedaan bukanlah sesuatu yang bisa dihindari.
Kenapa psikologi menjadi penting untuk bisa bertoleransi? Karena psikologi adalah ilmu yang mengajarkan bagaimana caranya untuk bisa memahami seseorang. Untuk bisa bertoleransi tentu kita harus bisa melihat dari sudut pandang orang lain atau yang disebut dengan empati, dan kita harus memahami sebenarnya dari mana tingkah laku bisa muncul dan kenapa bisa terjadi banyak perbedaan perilaku.
Perlukah memahami psikologi secara mendalam untuk bertoleransi? tidak, bahkan hanya dengan memahami beberapa dasar dari ilmu psikologi seharusnya seseorang sudah bisa melatih dirinya untuk bisa lebih bertoleransi kepada orang lain. Karena itu pada artikel kali ini kita hanya akan membahas salah satu konsep penting dari psikologi, yaitu dari mana perilaku muncul.
Untuk memahami kenapa seseorang bisa berperilaku kejam kepada orang lain, penyayang pada orang lain, berperilaku menyenangkan, menyebalkan, serta perilaku-perilaku lainnya tentu kita harus mengetahui darimana perilaku itu muncul. Para ahli psikologi sepakat bahwa perilaku itu muncul setelah adanya sensasi, atensi, dan persepsi, tiga proses inilah yang menentukan perilaku seseorang dan menentukan perbedaan dari perilaku yang muncul terhadap suatu stimulus tertentu dari lingkungan.
Sensasi
Sensasi itu adalah proses yang cenderung bersifat biologis, karena sensasi itu hanya terkait dengan alat-alat indera kita. Seperti indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan masih banyak lagi karena dalam psikologi tidak hanya terdapat lima indera (membutuhkan artikel lain untuk membahas ini). Pada proses ini stimulus dari lingkungan seperti gerakan orang lain, suara-suara yang ada disekitar kita, ditangkap oleh alat indera kita dan diolah oleh otak untuk menjadi suatu informasi.
Singkatnya sensasi adalah proses paling awal dari perilaku, proses menangkap stimulus dari lingkungan oleh alat indera kita.
Atensi
Atensi atau jika diartikan secara literal berarti perhatian. Hebatnya manusia adalah selain mereka memiliki alat indera yang canggih, mereka juga memiliki kemampuan untuk memilah mana stimulus dari lingkungan yang penting, dan mana stimulus dari lingkungan yang dianggap tidak penting sehingga stimulus yang tidak penting itu diabaikan. Bayangkan jika manusia tidak memiliki fungsi ini maka apa yang akan terjadi, mungkin otak kita akan meledak karena banyaknya informasi dari lingkungan yang harus diproses.
Sebagai misal, ketika kita lapar kita mungkin akan sangat memperhatikan restoran makanan yang terlihat enak bahkan mungkin hal tersebut bisa membuat kita tidak mendengar teman kita sedang memanggil-manggil kita dibelakang. kenapa, karena pada saat itu yang penting bagi kita mungkin adalah makan, dan suara-suara tidak penting menurut kita menjadi terabaikan.
Faktor yang mempengaruhi perhatian kitapun banyak bahkan saking banyaknya kita membutuhkan artikel lain untuk membahasnya :)
Persepsi
Proses terakhir adalah persepsi, inilah proses yang paling penting yang menentukan perbedaan perilaku pada setiap orang. Persepsi itu adalah pemaknaan dari seseorang terhadap suatu stimulus tertentu, setelah stimulus dari lingkungan terserap oleh indera dan menjadi perhatian orang yang bersangkutan, persepsi disini bersifat memberi arti pada stimulus tersebut.
Sebagai contoh, Pembaca coba bayangkan jika pembaca lewat disuatu tempat dan disana ada anjing dan anjing tersebut menjadi perhatian dari pembaca. Setelah kedua hal tersebut terpenuhi, mungkin pembaca akan memaknai seperti apa anjing tersebut dan inilah yang merupakan proses persepsi.
Pembaca mungkin akan memaknai anjing tersebut sebagai sesuatu yang menakutkan dan mengancam atau mungkin bisa saja menjadi sesuatu yang biasa saja. Sehingga keputusan untuk berperilaku pun menjadi berbeda, mungkin pembaca akan lewat biasa saja kedepan anjing tersebut, atau bahkan mungkin pembaca juga bisa memutuskan untuk kabur dan lari terbirit-birit dari anjing tersebut, tergantung bagaimana persepsi pembaca mengenai anjing tersebut.
Dari penjelasan diatas hal yang harus dipahami adalah stimulus yang sama bisa diartikan berbeda oleh orang yang berbeda, sehingga perilaku yang muncul pun akan berbeda. Kemungkinan variasi perbedaan perilaku adalah sebanyak orang yang ada didunia, karena persepsi sangat dipengaruhi oleh diri seseorang, dan tidak ada satu orang pun didunia ini yang sama persis, bahkan saudara kembar.
Perbedaan persepsi itu sangat rumit karena dipengaruhi oleh banyak hal, dipengaruhi oleh pengalaman, kepribadian, kebudayaan, kebiasaan, nilai-nilai yang dianut, tingkat kecerdasan dan masih banyak lagi hal-hal lain yang mempengaruhi persepsi karena faktor tersebut sangat banyak mungkin membutuhkan satu semester untuk menjelaskannya :P
Tapi secara sederhana sebenarnya hal ini bisa diterapkan dalam keseharian, sebagai misal jika tadi pembaca memutuskan untuk lari dari anjing tersebut mungkin karena pembaca pernah mengalami hal buruk tentang anjing, ingat salah satu hal yang mempengaruhi persepsi adalah pengalaman. Tapi, yang memiliki pengamalan menyenangkan dengan anjing mungkin akan biasa saja ketika melihat anjing tersebut.
Nah, dengan memahami proses diatas, kita harus sadar bahwa bertoleransi itu penting. Kenapa? karena kita tidak bisa menilai orang lain semata-mata dari sudut pandang kita saja. Kita perlu menilai orang tersebut dari berbagai sudut pandang, termasuk dari kacamata orang yang kita nilai tersebut.
Kita perlu menilai orang lain dari sudut pandang mereka karena apa yang kita alami pasti berbeda dengan yang mereka alami. Persepsi mereka terhadap suatu hal tentu akan berbeda tergantung dari mana mereka dan seperti apa mereka, banyak faktor yang mempengaruhi, apakah itu budaya, agama, kebiasaan, pengalaman, dan sebagainya.
Sehingga dengan demikian, sebenarnya orang sunda tidak bisa menilai orang jawa dengan nilai-nilai orang sunda, begitu juga dengan orang jawa. Orang Islam tidak bisa menilai orang-orang kristen dengan standar orang islam, dan begitu juga dengan orang kristen. Laki-laki tidak bisa menilai perempuan dengan nilai-nilai kemacoannya, begitu juga perempuan. Untuk bisa menilai orang yang bersangkutan dengan tepat kita harus memahami juga tentang berbagai faktor dalam dirinya.
Sangat tidak sinkron jika orang Islam menilai kebaikan orang kristen dengan shalatnya, atau orang kristen melihat kebaikan orang kristen dari seringnya mereka ke gereja. Karena dalam persepsi orang Kristen shalat bukanlah sesuatu yang penting, begitu juga dengan orang Islam yang mempersepsi bahwa ke gereja bukan sesuatu yang penting.
Begitu juga dengan pria, mereka tidak bisa menilai kekuatan seorang wanita dari seberapa besar ototnya, dan para wanita pun tidak bisa menilai kelembutan para pria dari seberapa halus kulitnya. Karena bagi wanita tentu kuat bukan hanya otot-otot yang bagus, mungkin kuat menghadapi cobaan, dan sebagainya. Begitu juga dengan pria, mungkin yang dimaksud oleh pria dengan lembut bukan kulitnya yang halus, tapi perilaku mereka yang berusaha menghargai wanita.
Dari kesimpulan diatas hal yang bisa disimpulkan adalah, setiap perbedaan itu adalah suatu yang lumrah, dan perilaku pun demikian. Sangat banyak faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang. Dengan memahami bahwa perilaku itu muncul karena berbagai faktor maka seharusnya kita harus belajar untuk lebih bertoleransi, karena kita tidak akan bisa memaksakan nilai-nilai kita pada orang lain. Agar orang lain mau untuk mengikuti nilai-nilai kita tentu bukan dengan cara pemaksaan dan kekerasan atau hal-hal yang tidak baik lainnya, tapi bisa dengan berkomunikasi dan menjembatani perbedaan tersebut.
Semoga artikel ini bisa bermanfaat :)
ya benar, sedikit banyak kita harus mengetahui pengetahuan tentang psikologi ini. makasih ya...
ReplyDeleteSama-sama :) Semoga bermanfaat :D
Delete