Translate

Conversion Disorder - Anda Bisa Menjadi Buta Tanpa Harus Mengalami Kerusakan Mata

Bagaimana kalo sebenarnya aku tidak sakit, dan aku hanya mengalami gangguan konversi? :O
Anda pernah bertemu dengan orang yang tiba-tiba mendadak buta? atau orang-orang yang mendadak kesakitan, lumpuh, dan tiba-tiba menjadi bisu? lalu setelah diperiksakan kepada dokter ternyata tidak menemukan gejala apapun? 

Jangan berpikir bahwa hal tersebut adalah karena guna-guna atau sihir, dan berpikir bahwa anda atau orang yang mengalami kejadian tersebut harus pergi menemui dukun. 

Mulailah untuk meninggalkan metode-metode yang tidak ilmiah dan cobalah untuk pergi pada psikolog untuk mendiskusikan gangguan yang dialami tersebut, karena mungkin saja gangguan tersebut merupakan gangguan psikologis yang disebut dengan Conversion disorder atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan istilah gangguan konversi. Gangguan ini adalah gangguan yang muncul akibat stress terhadap masalah-masalah yang tidak terselesaikan.

Ciri-ciri dari gangguan konversi itu adalah seperti ini : 
  1. Muncul satu atau lebih gejala penyakit pada sistem pergerakan atau alat indra yang menunjukan bahwa adanya gangguan saraf menurut kondisi medis. 
  2. Menurut para ahli, faktor psikologis menjadi suatu point yang penting. Para ahli mengatakan bahwa kemungkinan munculnya gangguan ini adalah karena adanya stress dan masalah psikologis yang dialami pada organ tubuh tertentu, sehingga penyakit yang muncul menjadi khas bersangkutan dengan organ tubuh tersebut. Sebagai contoh, seorang ibu yang sedih melihat anaknya menderita mungkin akan tiba-tiba menjadi buta karena dia tidak mau melihat anaknya menjadi demikian. 
  3. Penyebab dari gejala penyakit yang bersangkutan tidak dapat dijelaskan secara medis 
  4. Penyakit tersebut muncul tanpa disengaja (berbeda dengan gangguan somatoform atau gangguan malingering)
Ketika pembaca menemukan orang yang mengalami ciri-ciri seperti ini, maka kemungkinan dia mengalami gangguan Konversi atau yang dulu dikenal dengan nama Histeria. Gangguan Konversi adalah suatu gangguan yang ditandai dengan kesalahan fungsi tubuh atau hilangnya fungsi tubuh tanpa ada kerusakan organis tertentu. 

Sebagai misal, tiba-tiba menjadi buta atau tiba-tiba menjadi lumpuh, mereka menunjukan bahwa mereka mengalami penyakit yang berhubungan dengan kerusakan sistem syaraf atau organ. Tetapi, ketika diperiksa oleh dokter sebenarnya tidak ada masalah pada organ tubuh dan sistem saraf tersebut. 

Seseorang yang mengalami gangguan konversi bisa tiba-tiba mengalami kelumpuhan pada sebagian tubuhnya atau bahkan pada seluruh tubuhnya, tiba-tiba menjadi kejang dan mengalami gangguan pergerakan, kulit serasa seperti tertusuk, atau kulit yang terasa perih, hilangnya sensitifitas terhadap rasa sakit, dan tiba-tiba kehilangan atau melemahnya alat indra. Orang tersebut akan merasakan bahwa tubuhnya tidak berfungsi seperti seharusnya padahal secara medis mereka bisa dikatakan normal. 

Beberapa contoh yang biasanya muncul yaitu, hilang fungsi pada penglihatan, orang tersebut bisa tiba-tiba menjadi buta atau terjadi penyempitan penglihatan yang disebut dengan tunnel vision, lalu bisa saja terjadi aphonia, yaitu ketidakmampuan untuk menghasilkan suara dan hanya bisa berbicara dengan berbisik, atau bisa juga terjadi anosmia, yaitu kehilang atau melemahnya fungsi penciuman.

Pandangan para ahli psikologi mengenai gangguan ini cukup banyak, menurut Freud dengan teori psikoanalisanya mengatakan bahwa gangguan konversi muncul karena stress dan ketidakmampuan seseorang untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya. Freud mengatakan bahwa ada empat proses penting yang terjadi pada diri seseorang sehingga dia bisa mengembangkan gangguan konversi, yaitu :

Baca juga :

1. Menemukan Masalah yang Sangat Sulit dan Menekannya Ke Alam Bawah Sadar

Orang yang mengalami gangguan konversi pasti pernah mengalami peristiwa traumatik, menurut Freud peristiwa traumati dianggap sebagai awal munculnya berbagai gangguan dan masalah mental pada diri seseorang. Seseorang yang mengalami pengalaman traumatik dan dia tidak bisa menerima dan tidak bisa menyelesaikan masalah tersebut, maka tanpa sadar dia sendiri akan merasa berat dan terbebani dengan masalah-masalah yang dihadapinya. 

Masalah dan kecemasan-kecemasan tersebut yang tidak dapat diterima oleh diri -atau yang Freud sebut dengan ego- membuat orang menekan masalah tersebut ke alam bawah sadar sehingga menghasilkan proses represi, sehingga masalah tersebut seakan-akan hilang dan mereka tidak menyadarinya bahwa masalah tersebut masih ada dan mereka masih harus menyelesaikan masalah tersebut.

Sebagai misal, ada seorang istri yang melihat anak dan suaminya terus bertengkar, dan dia sendiri tidak menemukan bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut. Lalu, dia tidak mau menerima hal itu, karena dalam pikiran dia keluarganya adalah keluarga yang bahagia. 

Istri tersebut mau tidak mau menekan masalahnya ke alam bawah sadar, seakan-akan semua baik-baik saja dan dia berusaha melupakan masalah tersebut. Padahal masalah yang terjadi belum terselesaikan dan dia sendiri menyaksikan masalah tersebut masih berlangsung berulang-ulang.

Baca juga :

2. Dia Mulai Sadar Mengenai Masalah Tersebut

Jika Masalah dan kecemasan yang ditekan tidak diselesaikan, ketegangan yang dirasakan tersebut akan semakin meningkat dan mau tidak mau akan membuat dia menjadi sadar terhadap masalah tersebut. 

Kembali pada contoh diatas, jika pertengakaran itu terus berlanjut, sudah pasti istri yang bersangkutan akan menyadari bahwa sebenarnya keluarganya tidak bahagia, seberapapun dia tekan ke alam bawah sadar, seberapapun dia berusaha melupakan, jika masalah tersebut terus terjadi dan terus berulang tentu diapun akan sadar bahwa keluarganya telah hancur. Hal ini menyebabkan perasaan tidak nyaman pada dirinya.

3. Pemindahan Masalah Psikologis Pada Masalah Fisik

Jika seseorang tetap tidak bisa menyelesaikan masalahnya orang tersebut akan memindahkan dan mengurangi tekanan itu dengan cara tertentu, yaitu dengan “mengkonversikannya”, atau memindahkannya, atau membaginya. Lalu tekanan tersebut akan dipindahkan kemana? tentu tekanan tersebut akan dipindahkan menjadi masalah fisik, tekanan tersebut akan muncul dalam penyakit yang bersifat fisik.

Sang istri yang tidak kuat menanggung kenyataan bahwa keluarganya hancur, dan tidak memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah tersebut akan memindahkan rasa sakit yang dialami jiwanya ke fisik. Misal, jika dia tidak mampu untuk melihat pertengkaran kedua orang kesayangannya -suami dan anak- maka gangguan yang akan muncul adalah kebutaan, padahal sebenarnya dia tidak buta. Hanya saja kekuatan otak dan jiwanya memerintahkan matanya untuk tidak mampu melihat. Agar dia aman dengan masalahnya, dan agar dia tidak melihat lagi pertengkaran suami dan anaknya di kemudian hari.

Gangguan ini muncul seakan-akan karena istri tersebut menghipnotis dirinya agar dia menjadi buta.

4. Mendapat Belas Kasihan dan Mempertahankan Gangguannya

Orang yang mengalami kebutaan tentu akan mendapat belas kasihan, mereka akan memperoleh perhatian dari lingkungan sekitranya sehingga menjadikan dia orang yang tanpa sadar mempertahankan penyakitnya. Dia akan terus mempertahankan gangguan tersebut untuk tetap mendapatkan perhatian dan melepaskan diri dari tanggung jawab yang harus dipikul, dia berlepas diri dari tanggung jawab untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya.

Istri yang akhirnya mendapatkan kasih sayang suami dan anaknya, akan mempertahankan gangguan ini karena tanpa sadar dia berpikir bahwa dengan dia seperti ini maka keluarganya akan menjadi lebih bahagia. Seperti inilah Freud mengutarakan tentang proses munculnya gangguan konversi.

Beralih dari pandangan psikoanalisa Freud ke pandangan kognitif behavioral, Ullman & Krasner mengatakan bahwa gangguan konversi sebagai gangguan yang memiliki kemiripan dengan malingering, dimana orang tersebut memunculkan gejala-gejala orang sakit untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut mereka, seseorang yang mengalami gangguan konversi akan berusaha berperilaku sesuai dengan pandangan pandangan mereka mengenai bagaimana orang sakit berperilaku.

Beberapa pendekatan yang digunakan untuk menangani orang-orang yang mengalami gangguan konversi diantaranya adalah pendekatan behavioral. Pendekatan ini dilakukan dengan cara menghilangkan reinforcement sekunder, yaitu menghilangkan "penguat" yang menyebabkan orang tersebut mempertahankan perilakunya, atau dengan kata lain menghilangkan perhatian dari orang-orang sekitarnya dan mengajarkan mereka untuk menghadapi masalah mereka. Hal ini dilakukan karena orang dengan gangguan konversi terlalu diperhatikan oleh lingkungan sekitarnya sehingga mereka mempertahankan ganguannya. 

Para ahli yang menggunakan pendekatan behavioral membantu orang yang mengalami gangguan konversi dengan cara mengajari cara menangani masalah atau kecemasan dengan cara yang lebih baik, dan bukan dengan cara “mengkonversikan” masalahnya kedalam gangguan fisik. 

Sementara itu pendekatan kognitif-behavioral membantu orang dengan gangguan konversi melalui cara paling menyusun ulang pikiran orang tersebut sehingga dia bisa mempersepsi bahwa dirinya tidak sakit apapun. Para ahli dengan pendekatan Psikoanalisa cenderung menggunakan teknik hipnosis seperti yang dilakukan oleh dr. Joseph Breuer, atau dengan menggunakan teknik asosiasi bebas yang dikembangkan oleh bapak psikoanalisa yaitu Sigmund Freud.

Kesimpulannya adalah, ketika kita menemukan orang yang tiba-tiba sakit dan tidak terdeteksi oleh dokter, maka mungkin psikolog menjadi alternatif untuk menyelesaikan masalah tersebut. Khusus untuk masalah ini tentu bisa diselesaikan dengan cara menghilangkan penyebab inti dari masalahnya, misalnya jika pada kasus diatas dengan menghilangkan pertengkaran suami dan anaknya, menyelesaikan masalah tersebut, dan dengan memperkuat istrinya agar dia bisa lebih tahan dalam menghadapi masalah, stress, dan kecemasan. 

Akhir kata, semoga artikel ini bermanfaat :)
Jika dirasa bermanfaat silahkan share pada teman-teman ataupun orang-orang yang anda sayangi karena mungkin mereka membutuhkan :D 

Sumber
  1. Davidson, Gerald C, dkk. (2006). Psikologi Abnormal edisi ke-9, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
  2. James N.Butcher, Susan Mineka, Jill M.Hooley (2008). Abnormal psychology, core concepts: Pearson Education USA
  3. Halgin P. Richard &Whitborn Krauss Susan (2010). Abnormal psycology clinical perspective on psychologycal disorder edition 6.

1 comment:

Silahkan tinggalkan jejak dengan berkomentar

"Mohon untuk tidak memberikan komentar yang berbau SARA,pornografi atau pesan negatif lainnya, karena akan kami hapus dari postingan ini"