Gangguan yang
dikenal dengan nama Obsessive-Compulsive
Disorder (OCD) atau gangguan obsesif-kompulsif yaitu merupakan suatu gangguan kecemasan yang membuat orang menjadi terpaksa
berpikir mengenai suatu hal sehingga dia harus melakukan hal tersebut
berulang-ulang. Hal ini tentu sangat mengganggu kehidupan sehari-hari orang
yang bersangkutan dan pasti menyebabkan tekanan bagi orang tersebut.
Bayangkan
jika anda seseorang yang terpaksa terus-menerus berpikir bahwa lingkungan anda
adalah lingkungan yang penuh dengan kuman, terkontaminasi, dan anda berpikir
bahwa apapun yang anda lakukan lingkungan anda akan selalu kotor. Hal ini
membuat anda takut untuk bersentuhan langsung dengan benda-benda disekitar
anda, mengganggu bukan? Apa lagi jika pikiran-pikiran tersebut membuat anda
melakukan hal yang sama berulang-ulang, sebagai misal karena anda merasakan
adanya pikiran mengenai lingkungan yang kotor, pikiran-pikran tersebut memaksa
anda untuk menghabiskan waktu empat jam setiap hari untuk mandi dan
membersihkan diri, menghabiskan waktu dengan menguyah tepat 300 kali setiap
makanan anda agar makanan tersebut terbebas dari kuman, atau harus menggunakan
sarung tangan ketika hendak menyetuh sesuatu bahkan untuk menyentuh benda yang
cukup simpel seperti remote.
Terdengar
berlebihan? Tapi itulah gangguan yang sebagian orang alami. Gangguan
obsesif-kompulsif adalah
nama yang tersusun dari dua kata yaitu obsesif dan
kompulsif. Apa itu obsesif dan kompulsif? Obsesif atau obsesi adalah pikiran
yang terus menerus muncul dalam diri seseorang dan akan terus muncul tidak
peduli usaha apapun yang dilakukan orang tersebut untuk menekan dan menghilangkan
pikiran tersebut. Sedangkan kompulsif atau kompulsi adalah tindakan yang
dilakukan berulang-ulang untuk menghilangkan dan menenangkan obsesi yang ada
pada seseorang.
Obsesi bisa dalam berbagai bentuk, berpikir selalu ingin
bersih, selalu ingin aman dari gangguan setan, cemas belum mengunci pintu, dan
sebagainya. Kompulsi adalah tindakannya, seperti berulang-ulang mencuci tangan,
atau berdoa berulang-ulang, berulang-ulang mengecek pintu apakah sudah terkunci
atau belum, dan sebagainya. Seseorang akan didiagnosa sebagai orang yang
mengalami gangguan obsesif-kompulsif ketika pikiran dan perilakunya tersebut
sudah mengganggu aktifitas hidupnya, dia menyadari bahwa apa yang dilakukannya
tidak masuk akal, tapi dia terus melakukan hal tersebut hingga menghambat
aktivitas kehidupannya dan menyebabkan orang yang bersangkutan merasa tertekan.
Dia tahu bahwa dia sudah terlambat cukup lama untuk pergi bekerja, tapi dia
tidak bisa lega jika belum mengecek pintu rumah apakah sudah terkunci atau
belum sebanyak 10 hingga 20 kali. Hal ini menyebabkan dia merasa tidak nyaman
dan tentu hal inipun mengganggu pekerjaannya.
Para ahli teori psikoanalisis seperti Freud mengatakan bahwa obsesi dan kompulsi
disebabkan karena adanya dorongan seksual atau agresif dari dalam diri yang
tidak dapat dikendalikan. Hal ini disebabkan
oleh cara toilet training pada fase anal
yang terlalu keras orang tua. Sementara itu Alfred Adler (1931) mengatakan
bahwa OCD adalah akibat adanya dari perasaan tidak mampu dan tidak kompeten
yang akhirnya membuat orang yang bersangkutan mengalami inferioritas dan secara
tidak sadar mereka akan mengembangkan gangguan ini dengan melakukan perilaku
kompulsif untuk menutupi perasaan inferioritas mereka dengan perilaku tersebut.
Para ahli teori behavioral dan kognitif memandang bahwa kompulsi adalah perilaku
yang dipelajari dan diperkuat karena adanya usaha untuk mengurangi rasa takut.
Pemikiran lain mengatakan bahwa kompulsif disebabkan oleh kekurangan memori,
yaitu adanya ketidakmampuan seseorang untuk mengingat suatu tindakan secara
akurat atau membedakan antara apakah perilaku itu sudah dilakukan atau hanya
dibayangkan saja oleh mereka. Pandangan lain juga mengatakan bahwa individu
yang menderita OCD dapat disebabkan karena adanya pikiran tentang kejadian yang
tidak menyenangkan dan mungkin dapat terjadi, sehingga mereka melakukan
perilaku berlebihan untuk mencegah kejadian tersebut.
Sementara itu, faktor biologis lebih mengaitkan adanya hubungan antara encephalitis, atau cedera pada kepala dan tumor otak
dengan terjadinya gangguan obsesif-kompulsif. Terutama jika cedera tersebut terdapat pada otak bagian depan atau lobus frontalis dan di bagian ganglia basalis. Penelitian
yang dilakukan dengan
menggunakan PET (Positron Emmision Tomography) menunjukkan bahwa adanya aktivitas
yang meningkat pada bagian lobus frontalis orang yang mengalami OCD hal ini lah yang mungkin menunjukan bahwa adanya kekhawatiran
yang berlebih dalam pikiran mereka.
Disamping itu, ada peningkatan juga pada bagian ganglia
basalis yang merupakan bagian
dari otak yang mengendalikan perilaku motorik, hal ini lah yang mungkin menyebabkan seseorang mengalami kompulsi. Dalam beberapa penelitian lain ditemukan bahwa
selain pengaruh kerusakan otak ada juga bukti-bukti
yang menunjukan pengaruh genetik terhadap gangguan obsesif-kompulsif. Beberapa penelitian yang dilakukan terhadap keluarga
menemukan bahwa ada kecenderungan OCD diturunkan secara genetik.
Sumber :
Davidson, C Gerald, Neale, John M,
Kring, Ann M (2006) Psikologi Abnormal Edisi ke-9, Jakarta : PT.
Rajagrafindo Persada.
Butcher, James N, Mineka, Susan, Hooley, Jill M (2008) Abnormal Psychology Core Concepts, Pearson Education Inc.
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan jejak dengan berkomentar
"Mohon untuk tidak memberikan komentar yang berbau SARA,pornografi atau pesan negatif lainnya, karena akan kami hapus dari postingan ini"