Setalah di artikel sebelumnya kita membahas tentang gambaran umum paranoid, sekarang kita akan membahas tentang apa yang menyebabkannya. Beberapa ahli berpendapat bahwa salah satu
penyebab dari gangguan kepribadian paranoid adalah faktor genetis, yaitu diturunkannya
genetik yang berhubungan dengan gangguan skizofrenia, namun beberapa penelitian
menunjukan bahwa faktor ini cenderung tidak konsisten. Selain faktor
genetik ada juga faktor yang bersifat psikososial yaitu faktor yang diduga berperan dalam terjadinya
gangguan kepribadian paranoid, penyebab psikososial bisa berasal dari orang tua yang melalaikan anaknya atau pernah mengalami perilaku pelecehan dan pernah mengalami kekerasan. Walaupun demikian, penyebab-penyebab
ini bisa mengakibatkan seseorang juga mengembangkan gangguan lain, tergantung
dari faktor-faktor dalam diri dan lingkungan yang menyebabkan seseorang
mengembangkan gangguan yang “khas” orang tersebut.
Tokoh yang pertama
kali menjelaskan
mengenai gangguan kepribadian paranoid adalah Adolf
Meyer.
Rumusan awal
dari gangguan kepribadian paranoid muncul dari perspektif
psikoanalisa,
yang menekankan
bahwa
seseorang bisa mengembangkan gangguan kepribadian paranoid karena adanya mekanisme pertahanan reaksi formasi danp royeksi.
Secara singkat reaksi formasi adalah melakukan
hal yang sebaliknya yang ada pada diriku kita, sebagai misal jika kita membenci dan sangat marah terhadap seseorang, karena berbagai alasan sehingga kita tidak bisa menunjukannya, maka kita akan cenderung menjadi seseorang yang berperilaku sangat baik ketika kita bertemu dengan dia.
Sedangkan proyeksi, adalah menolak suatu perasaan pada kita dan melimpahkannya pada orang lain. Misalnya, kita sangat membenci seseorang, tapi tanpa kita sadari kita menolak perasaan tersebut dan jadi mengatakan bahwa orang itulah yang sangat membenci kita, bukan kita yang membenci dia. Padahal sebenarnya orang tersebut tidak ada masalah apapun dengan kita, kita lah yang ada masalah terhadap dia.
Jika dua perilaku ini terus dilakukan secara berulang-ulang, kita terus menolak perasaan-perasaan negatif yang ada pada diri kita terhadap orang lain, maka hal tersebut yang akan membuat diri kita menjadi seseorang yang penuh dengan kecurigaan. Karena kita terus menyimpan dan "memupuk" diri serta perasaan kita dengan hal-hal negatif terhadap orang lain, dan kita tidak atau gagal mengkomunikasikan perasaan-perasaan tersebut. Hal tersebut yang memnugkinkan kita menjadi curiga berlebihan pada orang lain bahwa mereka akan menyakiti kita.
Selain dari sudut pandang diatas perspektif behavioristik juga
mengatakan bahwa orang-orang dengan gangguan ini disebabkan oleh rasa
curiga dan
tidak percaya yang
dipelajari,
karena dia
pernah mengalami kekerasan di masa lalunya. Sehingga dia terus mencurigai bahwa orang lain akan menyakiti dia.
Cameron mengatakan bahwa, seseorang dengan gangguan kepribadian
paranoid sulit untuk
ditangani dan sedikit yang datang untuk pengobatan terhadap gangguaannya.
Hal ini disebabkan oleh
orang-orang yang mengalami gangguan
kepribadian paranoid, sulit untu
membangun hubungan yang penuh didasari kepercayaan dengan terapis, padahal hal ini lah yang menjadi dasar utama dalam setiap
terapi psikologi, hal ini menyebabkan terapi sulit dilakukan.
Seseorang yang mengalami gangguan
kepribadian paranoid biasanya
datang untuk diterapi karena permintaan orang lain. Seperti, pasangan, teman-teman, anaknya, atau orang tuanya. Seseorang dengan gangguan kepribadian
paranoid cenderung
tidak mau dan curiga terhadap
terapi.
Usaha
untuk
mencegah seseorang mengembangkan
gangguan kepribadian paranoid secara sebenarnya jarang ditemukan.
Walaupun
demikian, peneliti memfokuskan
pencegahan pada dua faktor penyebab yang
menjadi resiko utama seseorang
mengembangkan gangguan ini,
pertama adalah mencegah terjadinya penganiayaan
anak. Usaha pencegahan atas terjadinya penganiayaan
pada
anak bisa
membantu untuk mengurangi kemungkinan seseorang
mengembangkan
gangguan kepribadian paranoid. Mengurangi
stress orang
tua, pengasuh, dsb, adalah salah satu
cara untuk mencegah terjadinya penganiayaan pada anak, hal ini dilakukan dengan
cara meningkatkan dukungan
social dan pelatihan-pelatihan keterampilan dalam mengasuh anak bagi mereka.
Faktor resiko utama yang kedua adalah meningkatkan
kemampuan
berhubungan
sosial atau hubungan interpersonal pada seseorang dengan gangguan ini. Telah
ditemukan bahwa kebanyak orang-orang
dengan gangguan ini adalah orang-orang yang memiliki kesulitan
dalam
menjalin hubungan interpersonal baik itu
dalam hubungan
berkeluarga,
berteman, atau
hubungan interpersonal dalam situasi kerja. Meningkatkan kemampuan hubungan
interpersonal seseorang yang memiliki kecenderungan mengembangkan gangguan
kepribadian paranoid dapat membantu mencegah gangguan
kepribadian paranoid pada orang tersebut berkembang lebih jauh lagi.
Penanganan yang dilakukan oleh
beberapa
dokter terhadap gangguan kepribadian paranoid adalah
dengan ECT (Electro Convulsif Therapy), yaitu
terapi yang diberikan kepada mereka yang memiliki gangguan gangguan
kepribadian paranoid dengan menggunakan aliran listrik dalam
jumlah tertentu yang menimbulkan kejang pada
orang yang mendirita gangguan ini. Tujuan
dari tindakan ini adalah agar seseorang dengan gangguan ini mendapatkan semacam
“hukuman” agar tidak berpikir seperti itu lagi. Selain terapi
ini, Cognitive
Therapy mejadi
salah satu alternatif yang dapat
diberikan untuk seseorang yang mengembangkan gangguan
kepribadian paranoid. Terapi dilakukan dengan cara memfokuskan keterampilan mengatasi
stress dan keterampilan untuk mengatas rasa cemas dengan
dengan lebih
efektif.
Sumber
Black, Donald W., Nancy
C. Andreasen. (2011). Introductory Text Of Psychiatry, Fifth Edition.
Washington, DC: American Psychiatric Publishing, Inc.
Mahmud, Jafar. (2008). Abnormal
Psychology. New Delhi: APH Publishing Corporation.
Butcher, James N.,
Susan Mineka, Jill M. Hooley. (2008). Abnormal Psychology.Boston:
Pearson.
American Psychiatric
Association. (2000). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders,
Fourth Edition, Text Revision. Washington, DC: American Psychiatric
Association.
Meyer, Robert G..
(2006). Case Studies in Abnormal Behavior, Seventh Edition. Amerika
Serikat: Pearson Education, Inc.
(December,
16 2013) Famous People With personalitu
disorder, Healt Research Funding.Org diunduh pada Juni, 11 2015
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan jejak dengan berkomentar
"Mohon untuk tidak memberikan komentar yang berbau SARA,pornografi atau pesan negatif lainnya, karena akan kami hapus dari postingan ini"