Alice adalah
seorang wanita yang dirujuk ke klinik psikologi oleh dokternya. Dokter
yang bernama Joyce William ini, adalah dokter yang telah menangani dia selama
enam bulan dan dalam enam bulan tersebut sudah terjadi 23 pertemuan antara dia
dan Alice.
Wanita ini -Alice- mengeluhkan banyak hal
kepada dokter tersebut, dan dokter Joyce William sendiri merasa kebingungan
dengan keluhannya, mulai dari rasa sakit yang
dirasakan seluruh badan, mual-mual, merasa sangat kelelahan, pusing-pusing,
dan siklus menstruasi yang tidak teratur.
Yang membingungkan adalah, bahkan setelah
melalui pemeriksaan secara lengkap, menggunakan rontgen, pemeriksaan
tulang belakang, dan pemeriksaan lainnya, hal itu tidak menunjukan
gejala apapun.
Hal yang pertama dilakukan Alice ketika ia
bertemu dengan psikolognya adalah dengan, mengatakan bahwa ia sebenarnya tidak
mau untuk pergi
pada psikolog,
dia mengatakan bahwa dia pergi kepada psikolog hanya karena dia mempercayai dr. Williams
yang merujuknya untuk datang ke klinik tersebut.
Ia berkata, ”yang
sakit pada saya adalah terkait dengan fisik, saya tidak tahu apa yang bisa
dibantu oleh psikolog terkait dengan penyakit saya”. Walaupun
berkata demikian, ketika Alice ditanya dan diminta untuk menceritakan riwayat keluhan-keluhan
penyakitnya Alice menyambut hangat tawaran itu.
Alice berkata bahwa dia sering sakit. Bahkan dia sering
sakit sejak anak-anak, Pada masa anak-anak dia sering terserang demam, dan sering juga mengalami infeksi pada pernafasan, mengalami kejang-kejang, dan pernah
mengalami dua kali operasi, yang pertama adalah operasi susu buntu, dan yang
kedua adalah operasi tonsil.
Semakin lama Alice menceritakan keluhannya,
penggambaran Alice mengenai keluhan-keluhannya menjadi semakin beragam,
dan beberapa ada yang terdengar dilebih-lebihkan. Alice
berkata, “Pada saat usia
saya ada di awal dua puluhan tahun, saya sering mengalami masalah mual-mual
dan muntah.
Berminggu-minggu
saya mengalami hal tersebut, dan ada waktu dimana saya muntah setiap kali saya
memakan sesuatu, bahkan untuk meminum sesuatu pun saya muntah, walaupun yang
saya minum adalah air biasa. Bahkan hanya dengan melihat makanan,
hal tersebut bisa membuat saya mual-mual dan muntah. Saya
tidak tahan mencium bau makanan, hal itu pasti membuat
saya muntah dalam
waktu sepuluh
menit”.
Pada usia dua puluhan tersebut Alice seudah berkonsultasi ke
berbagai dokter. Mendatangi beberapa Ginekolog (ahli kandungan), mengeluhkan
siklus menstruasi
yang tidak teratur, serta mengeluhkan bahwa dia merasa sakit ketika berhubungan
seks, dia juga mengatakan bahwa dia dan telah
menjalani dilasi dan kuretasi yaitu pengikisan dinding uterus.
Alice
pergi ke neurolog
mengeluhkan sakit kepalanya, rasa pusing yang terus dia rasakan, dan sering mengalami pingsan. Dia
juga menjalani
EEG, pengetukan tulang belakang, dan bahkan dia
telah melakukan pemeriksaan CT Scan. Beberapa dokter menyarankan tes sinar X untuk
melihat adanya untuk melihat penyebab sakit perutnya
dan EKG untuk melihat sakit dadanya.
Pernahkah pembaca bertemu dengan
orang seperti, seseorang yang mengeluhkan mengalami
rasa sakit yang bermacam-macam ditubuhnya dalam waktu yang lama, namun ketika
diperiksa secara medis terbukti baik-baik saja? Atau mungkin
malah anda sendiri
yang merasa
sakit di selama bertahun-tahun tetapi tidak pernah tau
apa yang menjadi sumber penyakitnya?
Hal ini bukan karena
disebabkan oleh hal mistis, atau terkait dengan santet. Jika berdasarkan ilmu
psikologi, mungkin anda mengalami gangguan somatisasi, atau dengan nama yang
terdengar lebih ilmiah dikenal dengan Somatization Disorder.
Pada
tahun 1859 gangguan somatisasi lebih dikenal dengan nama sindrom Briquet, diambil
dari nama orang yang pertama kali menggambarkan gangguan ini yaitu Paul
Briquet. Zaman sekarang gangguan ini telah dirumuskan dalam
DSM (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders),
gangguan ini sekarang lebih dikenal dengan nama gangguan somatisasi atau agar terdengar lebih
keren dikenal dengan nama Somatization Disorder.
Gangguan somatisasi ini merupakan bagian
dari kategori
utama, dengan gangguan somatoform. Didalam gangguan ini terdapat
juga kategori
lain, diantaranya adalah : undifferentiated somatoform disorder, conversion disorder (gangguan konversi), psychogenic pain disorder, dan hypochondriasis(hipokondriasis). Gangguan ini sangat mirip terutama dengan
gangguan konversi. Seperti yang telah kita bahas, perbedaan antara gangguan ini
dan gangguan konversi adalah, gangguan konversi lebih cenderung terlibat dengan
gangguan syaraf, sensorik, dan motorik. Gangguannya pun cenderung terpusat pada
satu bagian, yang merupakan sumber stress bagi orang yang bersangkutan. Sebagai contoh seorang ibu yang menjadi buta karena dia bosan dan tidak mau melihat suaminya terus bertengkar dengan anaknya.
Sementara gangguan somatisasi bisa diikenali dengan menggunakan ciri-ciri
sebagai berikut :
- Orang tersebut mengeluhkan rasa sakit fisik di beberapa tempat berbeda selama beberapa tahun terakhir.
- Setidaknya dia harus mengalami gejala-gejala berikut: mengeluhkan rasa sakit fisik di empat tempat yang berbeda (sakit kepala, punggung, dsb.) ; dua gejala yang melibatkan gastroinstestinal (spt. diare, atau mag) ; satu simtom terkait seksual(spt. Tidak ada minat untuk melakukan hubungan seksual) ; satu simtom pseudoneurologis (spt. Ada Gangguan koordinasi gerak atau gangguan keseimbangan).
Semoga artikel ini bermanfaat
Sumber :
Davidson,
Gerald C, dkk. (2006). Psikologi Abnormal Edisi ke 9. Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada.
Butcher,
James N, dkk. (2008). Abnormal Psychology Core Concept. Boston :
Pearson Education Inc.
Paykel,
Eugene S. (1994). Prevention in Psychiatry. London : The Dorset
Press.
Comer,
Ronald, dkk. (2012). Psychology Around Us 2nd Edition. USA :
Wiley. Jr, G Richard S., M.D.
(1990). Somatization Disorder in Medical Setting. Maryland : Diane
Publishing
Nolen,
Susan-Hoeksema. (2007). Abnormal Psychology Fourth Edition. New
York : McGraw-Hill Educationa
Oh begitu , baru tau ane..
ReplyDeleteNice Post , good articelnya
Hahaha terima kasih :D
Deleteaku suka tidur di kelas , kata temen aku meski aku udah tidur waktu istirahat tetap aja bablas pas lagi di kelas . aku juga sering insom . dan aku suka banget nonton film di website tapi kenapa setiap di pertengahan film sebelum mencapai bagian klimaks film selalu nafsu film aku menghilang dan pingin ganti film lain , seakan gak mau melihat adegan klimaks masalah suatu filmnya . saya kurang tahu dari kapan tp sepertinya sudah dari dulu ? tp kalo masalah insom dan tidur di kelas semenjak SMA kelas 2 . saya mahasiswi kedokteran semester 4 jd masalah tidur di kelas itu cukup mengganggu .
ReplyDelete