Malam
hari, 12 Juni 1994, adikku Nicole terbunuh, rasa sakitku tidak bisa dijelaskan
dan tidak dapat diukur. Kejadian ini sangat terkenal dan sering dibicarakan di media sosial,
sehingga sangat sulit untukku melewati rasa sedih dan rasa kehilangan adikku.
Aku sulit untuk melupakan kejadian itu, sehingga aku menekan emosiku dan
memilih untuk terus terdiam.
Sepuluh tahun berlalu, hiduku sudah cukup stabil.
Aku memiliki pekerjaan dan secara finansial tercukupi. Lalu di tahun 2004, aku
bertunangan dan berencana untuk menikah. Tetapi empat hari sebelum pernikahan
berlangsung, tunanganku pada saat itu tiba-tiba membatalkannya. Aku sangat
depresi dan rasanya sangat sulit bagiku, bahkan hanya untuk bangun dari tempat
tidurpun terasa sangat berat.
Aku merasa lumpuh secara fisik dan mental. Pada
saat itu aku tidak menyadari bahwa ini adalah sebuah awal dari kehidupan baru.
Selama satu bulan aku merusak diriku. Aku minum-minuman keras, menggunakan
obat-obatan, menjadi gampang tersinggung dan mudah marah. Aku berada dalam pola
hidup yang tidak sehat dan tidak tahu apa yang harus kulakukan.
Lalu, pada 9
oktober 2004, semua emosi yang selama sepuluh tahun ini kupendam meledak. Saat
acara kumpul keluarga, aku berbicara dengan kata-kata yang tidak pantas dan mengamuk pada orang-orang yang
kucintai, bahkan aku “menghancurkan” hati beberapa orang yang sangat berharga
bagiku. Aku sekarang menemukan diriku berada di kamar, memegang beberapa butir
pil dan berpikir untuk mengakhiri hidup ini, berusaha mengakhiri semua
penderitaan yang sekarang kurasakan. Tetapi disisi lain, ada bagian dari diriku
yang berpikir bahwa ini adalah hal yang sia-sia dan sadar bahwa diriku terlahir
untuk sesuatu yang lebih baik lagi.
Aku sadar bahwa sebenarnya aku tidak mau
mati. Pada saat itulah saudara perempuanku memasuki kamarku, aku menjatuhkan
pil-pil yang tadinya kupegang dan berkata padanya “bawa aku pergi dari sini”.
Dia membawaku pada seorang teman dimana aku bisa beristirahat dan menenangkan
diri. Pagi kesokan harinya, saudara ku berkata “apakah kau sudah siap?”, aku
mengerti maksudnya. Aku siap mengambil satu langkah untuk sembuh.
Dalam
beberapa jam selanjutnya, aku sudah berada dalam penanganan ahli. Program yang
disediakan oleh para ahli ini sangat berpengaruh dalam hidupku, dan
menyelamatkan kehidupanku. Dari program mereka lah aku belajar keterampilan
yang berguna untuk mengembalikan kemampuan hidupku dan strategi pemecahan
masalah yang bisa kugunakan untuk menjalani hidup yang produktif. (NAMI, 2012)
Nah, Cerita di atas adalah cerita
dari Tanya, salah satu pasien NAMI (National
Alliance on Mental Illness), dan juga salah satu contoh kasus dari major depression disorder, yaitu suatu
gangguan dimana seseorang mengalami masa depresi, merasakan kesedihan yang sangat mendalam serta kehilangan ketertarikan
pada berbagai macam hal, minimal selama dua minggu berturut-turut.
Ciri-ciri orang
yang mengalami major deppression disorder
adalah depresi satu hari penuh dalam waktu minimal dua minggu berturut-turut,
lalu selain ciri-ciri tersebut ada juga muncul ciri-ciri sebagai berikut : kurangnya nafsu makan atau bahkan
terlalu banyak makan, insomnia (sulit untuk tidur) atau hypersomnia (tidur secara berlebihan) yang keduanya adalah gangguan
pola tidur, kurangnya energi atau selalu terlihat lelah, memiliki rasa percaya diri rendah, memiliki
konsentrasi yang buruk dan kesulitan dalam membuat keputusan, lalu munculnya
perasaan tidak berharga dan perasaan tidak mampu untuk melakukan apapun.
Selain
ciri-ciri di atas, depresi bisa muncul dengan berbagai gejala. Gejala-gejala
dari depresi cukup bervariasi tergantung tingkatan usia. Sebagai misal depresi
pada anak-anak sering kali menyebabkan berbagai keluhan fisik, seperti sakit
kepala atau sakit perut. Pada orang tua, depresi sering kali ditandai oleh
ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian dan keluhan bahwa dia sering lupa atau tidak ingat pada apa yang ia lakukan sebelumnya, dengan kata lain banyak lupa juga bisa dipengaruhi karena depresi. Gejala dari
depresi juga bisa ada perbedaan di antarbudaya, sebagai contoh, keluhan sakit
kepala lebih umum terjadi pada etnis latin, dan rasa lemah serta kelelahan
dan tidak punya tenaga sering terjadi pada etnis asia.
Major deppression disorder sebenarnya
bisa ditangani dan bisa hilang seiring berjalannya waktu. Namun, jika hal ini
tidak ditanggapi serius dan tidak segera ditangani, gangguan ini bisa
berlangsung lama bahkan hingga lima bulan atau lebih lebih lama lagi. Waktu lima bulan tersebut akan terasa lebih lama bagi orang yang mengalaminya karena dia harus mengalami kesedihan yang terus berlanjut selama lima bulan tersebut.
Yang lebih bahaya dari gangguan ini adalah bisa mengarah pada perilaku bunuh diri jika
tidak ditangani dengan tepat atau tidak ditanggapi dengan serius.
Jadi jika
anda melihat orang lain dengan gejala-gejala seperti yang disebutkan diatas,
atau bahkan jika anda sendiri yang mengalaminya, ada baiknya jika langsung
pergi ke ahli yang menangani tentang gangguan seperti ini atau ke seorang
psikolog untuk penanganan dini. Sehingga dampak yang lebih buruk bisa
dihindari, karena orang yang sudah depresi terlalu lama dan dengan tingkatan
yang terlalu parah tidak akan bisa kembali berfungsi ke titik normal seperti orang-orang pada umumnya.
Secara umum
penelitian menemukan bahwa major
deppression disorder tidak memiliki satu penyebab khusus. Peneliti setuju
bahwa penyebab-penyebab yang bisa menimbulkan major deppression disorder tidak hanya satu, dan dari sekian banyak
penyebab jika hanya muncul salah satu kecil kemungkinan untuk menyebabkan
seseorang mengalami gangguan ini, seseorang bisa mengembangkan gangguan ini
jika muncul beberapa penyebab sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Pengalaman
hidup seseorang, genetik, usia, jenis kelamin, hormon, penggunaan obat-obatan,
atau bahkan penyakit. Memainkan peran dalam mengembangkan gangguan ini.
Depresi
bisa diturunkan secara genetik, ketika ada kasus depresi dan bunuh diri dalam
satu keluarga, ada kecenderungan bahwa anggota keluarga yang lain akan terlibat
dalam kasus tersebut. Penelitian membuktikan dengan meneliti anak kembar,
walaupun hanya 30% kemungkinan terjadi, tapi ketika salah satu dari anak kembar
tersebut mengembangkan depresi, ada kemungkinan anak kembar yang lain pun ikut mengembangkan
gangguan tersebut.
Beberapa
aspek kehidupan pun bisa mempengaruhi seseorang untuk mengalami gangguan ini.
Sebagai contoh, status pernikahan, status ekonomi, dan tempat tinggal
seseorang. Walaupun secara kasar yang terlihat adalah, orang-orang yang tidak
punya rumah lah yang dianggap lebih mungkin untuk menderita major
deppression disorder, tapi pada kenyataannya gangguan ini bisa membuat orang-orang
yang "mapan" menjadi seorang yang "tidak punya rumah". Jadi sebenarnya orang yang mapan pun mungkin untuk mengembangkan gangguan ini. Selain hal tersebut kita
juga tahu bahwa tingkat stress yang tinggi dalam waktu lama, seperti
pengangguran, punya kemungkinan lebih tinggi untuk menyebabkan seseorang
mengembangkan gangguan ini, daripada stressor yang bersifat tiba-tiba seperti
pertengkaran dan semacamnya.
Selain
hal-hal di atas, pengalaman traumatik juga bisa menyebabkan seseorang menjadi
depresi, pengalaman traumatik bisa merubah fungsi otak seseorang dalam
menghadapi stress dan kejadian-kejadian yang menakutkan. Seseorang yang
mengalami pengalaman traumatik mungkin akan mempunyai potensi di masa depan untuk
mengembangkan major deppression disorder,
seperti halnya Tanya, pasien NAMI yang sebelumnya sudah kita bahas.
Sumber :
Davison, G. Neale, J. Kring, A.
(2006). Psikologi Abnormal Edisi Ke-9.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Butcher, J.N. Mineka, S. Hooley, J. (2008). Abnormal Psychology Core Concepts.
Pearson Education, Inc.
Duckworth, Ken. (2012). Deprression.
Arlington : National Alliance on Mental Illness (NAMI).
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan jejak dengan berkomentar
"Mohon untuk tidak memberikan komentar yang berbau SARA,pornografi atau pesan negatif lainnya, karena akan kami hapus dari postingan ini"