Menjadi manusia berarti menjadi mahluk yang memiliki perasaan inferioritas dan kita terus berusaha untuk menaklukan perasaan tersebut. Semakin besar perasaan inferioritas yang dimiliki, semakin besar juga keinginan untuk mengalahkan hal tersebut. Semakin besar lagi perasaan inferioritas kita maka semakin agresif dan semakin ganas pula usaha kita untuk menaklukan perasaan tersebut.
-Alfred Adler-
Mungkin diantara kita ada yang pernah merasakan bahwa kita tidak cukup tampan untuk wanita idaman kita, ada pula yang merasa bahwa kita tidak cukup kuat untuk menjadi andalan di klub sepak bola, mungkin ada juga yang tidak merasa begitu cerdas untuk menjadi seorang sarjana dengan IPK tinggi, atau tidak merasa cukup hebat untuk menjadi seorang pengusaha kaya. Perasaan-perasaan seperti ini mungkin tidak begitu asing bagi kita, perasaan dimana kita merasa rendah diri, dan dimana kita merasakan bahwa orang-orang disekitar kita lebih hebat dari kita.
Seperti yang Adler katakan, sebagai manusia kita tidak bisa terlepas dari memiliki perasaan inferioritas, kita tidak bisa terlepas dari memiliki perasaan rendah diri. Apakah hal tersebut karena kita tidak bisa berprestasi, ada ketidaksempurnaan pada tubuh kita, atau perasaan rendah diri yang disebabkan karena hal-hal lainnya. Apalagi ketika orang yang be
rsangkutan tinggal dan mengalami hal-hal yang ekstrim, seperti perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan seksual, cacat tubuh, dan sebagainya, perasaan rendah diri ini mungkin akan lebih besar pada mereka.
Perasaan rendah diri ini lah yang dimiliki oleh manusia, dan kita sebagai manusia bertarung dengan perasaan-perasaan inferior yang ada pada diri kita. Kita berjuang untuk mencapai titik dimana kita bisa merasakan bahwa kita bisa lebih baik dari orang lain, bahwa kita adalah seseorang yang mampu dan kita tidak lagi merasa malu untuk menunjukan diri kita pada orang lain, bahkan dalam tingkatan yang ekstrim mungkin ada usaha yang kita lakukan untuk menguasai orang lain.
Perasaan inferior dan superioritas inilah yang menjadi pokok dari teori Alfred Adler, dimana seseorang berusaha untuk menjadi sosok yang superior untuk mengaklukan dan mengalahkan perasaan inferioritas yang ada didalam diri mereka. Menurut Adler, manusia hidup untuk mengejar perasaan superior. Seorang yang pintar bisa jadi mengejar kepintaran, dan ranking untuk menutupi ketidakmampuannya dalam olah raga, seorang yang pemarah bisa jadi berusaha menunjukan kekuatannya untuk menutupi perasaan rendah diri terhadap kegagal-kegagalannya.
Tetapi walaupun demikian, usaha untuk mengejar superioritas, dan usaha manusia untuk mengalahkan perasaan inferioritas yang ada pada dirinya bukanlah sesuatu hal yang buruk. Perasaan dan usaha ini perlu agar kita bisa berkembang, selama kita bisa menanggapi kelemahan-kelemahan kita secara wajar kita bisa berkembang ke arah yang positif. Bahkan, ketika kita berhasil mengatasi perasaan inferioritas ini kita bisa mengembangkan minat terhadap orang lain, kita bisa mengembangkan perasaan bahwa kita harus membantu orang lain.
Seseorang yang merasa dirinya tidak pintar secara akademis, selama dia bisa menanggapi hal ini secara wajar, dia akan mampu mengembangkan keterampilan-keterampilan lain yang bisa dia gunakan untuk mengkompensasi perasaan tidak pintarnya. Mungkin dia akan mengembangkan keterampilan seni, olahraga, komunikasi, dan sebagainya untuk menutupi ketidakmampuannya dalam akademis. Jika hal itu berhasil dia bisa berkembang dan memiliki minta terhadap orang lain untuk membantu orang-orang yang mungkin memiliki perasaan yang sama.
Hal yang menjadi masalah adalah, ketika perasaan rendah diri itu sangat besar dan tidak ditanggapi dengan wajar oleh yang bersangkutan. Seperti apa yang dikatakan oleh Adler, usaha untuk menaklukan perasaan ini pun akan cenderung lebih agresif dan lebih ganas. Seseorang yang terus-menerus gagal dalam mencapai tujuannya mungkin akan berusaha menunjukan kekuatannya dengan gampang marah, seseorang yang merasa tidak mampu dalam satu hal mungkin akan cenderung menyombongkan diri, pamer, dan membangkan diri dalam hal lain sehingga orang lain cenderung terganggu.
Orang-orang yang kasar, sombong, manipulatif, tidak peka, dan sebagainya muncul karena perasaan inferioritas mereka yang besar. Orang yang sombong dan selalu berusaha untuk membanggakan diri adalah orang-orang yang pada dasarnya tidak percaya diri, mereka pada dasarnya merasa rendah diri, dan merasakan adanya kekurangan yang sangat besar dalam diri mereka. Meraka adalah orang-orang yang tidak merasa cukup kuat untuk menghadapi perasaan rendah diri mereka, sehingga mereka melakukan hal tersebut untuk menutupi kekurangan yang mereka miliki. Adler menyebutnya dengan superiority kompleks, dan hal inilah yang menjadi sumber dari gangguan-gangguan mental.
Hal yang menjadi catatan kita adalah, bahwa jika kita berhadapan dengan orang-orang yang sulit seperti itu kita harus sadar bahwa dia sebenarnya sedang berusaha untuk mencapai superioritas, dan ada perasaan inferior yang tidak bisa diatangani. Kita bisa berhadapan dengan dia dengan berusaha memahami sesungguhnya apa yang sedang dia hadapi, dengan begitu kita akan bisa memaklumi apa dia dan bisa menghadapi dia dengan cara yang sesuai. Alfred Adler mengatakan "Kita bisa mengartikan bahwa orang yang memiliki temprament yang buruk adalah tanda dari perasaan inferior yang dia miliki".
Akhir kata, kita sebagai manusia adalah pengejar superioritas untuk menaklukan peraasan inferior yang kita miliki. Hal itu menjadi baik atau buruk adalah bagaimana kita menanggapi perasaan-perasaan tersebut. Semoga artikel ini bisa bermanfaat dan bisa menambah wawansan pembaca :)
Baca juga teori-teori lain :
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan jejak dengan berkomentar
"Mohon untuk tidak memberikan komentar yang berbau SARA,pornografi atau pesan negatif lainnya, karena akan kami hapus dari postingan ini"